REKOMENDASI SAHAM

Geliat Saham Pertambangan Saat Harga Minyak Dunia 'Memanas'

CNN Indonesia
Senin, 06 Apr 2020 07:14 WIB
Saham sektor pertambahan diramal akan menggeliat di tengah harga minyak dunia yang melonjak.
Saham sektor pertambahan diramal akan menggeliat di tengah harga minyak dunia yang melonjak. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan taringnya pada perdagangan pekan lalu setelah terperosok dalam sepanjang perdagangan Maret. IHSG anjlok sejak wabah virus corona dinyatakan masuk RI.

Indeks mencatatkan kenaikan sebesar 1,71 persen sepanjang perdagangan minggu lalu. Meski tak signifikan, namun menghijaunya IHSG menjadi sinyal positif mengingat indeks tergelincir sebesar 18 persen sepanjang perdagangan Maret 2020.

Bahkan, sejak membuka perdagangan pada 2020, indeks melorot hingga 26,42 persen ke level 4.623. Meski menyambut positif kinerja baik pasar saham dalam negeri, namun Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menyatakan tren IHSG minggu ini masih volatil atau tak stabil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, belum ada katalis yang mampu mengangkat indeks di tengah memburuknya pandemik wabah virus corona.
 
"Di saat pandemik ini terlihat adanya tindakan pembatasan transaksi, selisih pergerakan sangat besar," terang Lucky.
 
Lucky mengungkap, para investor masih akan main aman dan mengurangi belanja saham di tengah ketidakpastian saat ini. Katanya, tren ini tercermin dari catatan volume saham yang terus merosot.
 
Rendahnya minat investor terlihat pada volume perdagangan minggu lalu yang hanya berkisar di angka 9 miliar saham atau anjlok 47,82 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu, awal April 2019 yang bertengger di kisaran 17,25 miliar saham.
 
Terlebih, tutur pendiri LBP, pelemahan juga menyerang saham-saham utama Wall Street yang kerap menjadi acuan para investor dalam negeri. Pada penutupan Jumat (3/4), saham Dow Jones memerah sebesar 1,69 persen ke posisi 21.052, indeks S&P 500 melandai 1,51 persen ke posisi 2.488, dan Nasdaq Composite pun tertekan 1,53 persen ke level 7.373.
 
Meski mengingatkan para investor untuk menghindari akumulasi pembelian saham, namun ia menyarankan para investor yang tengah mencari untung untuk menggali saham-saham di sektor pertambangan. Pasalnya, ia menyebut kinerja baik harga minyak dunia mulai tampak sejak pekan lalu.
 
Diketahui, harga minyak mentah berhasil lepas dari perangkap terendahnya sejak 2002 pada perdagangan Selasa (31/3). Harga minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) meroket 7,3 persen ke US$21,5 per barel dari posisi di hari sebelumnya yaitu US$20 per barel. Kenaikan juga terjadi pada minyak mentah berjangka Brent sebesar 3,3 persen ke posisi US$23,5 per barel.
 
Lagi, kenaikan sebesar hampir 25 persen terjadi pada perdagangan Jumat (3/4) usai Presiden AS Donald Trump membujuk Rusia dan Arab Saudi memangkas produksinya. Harga minya mentah berjangka Brent melonjak US$5,20 atau 21 persen ke posisi US$29,94 per barel.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$5,01 atau 24,7 persen menjadi US$25,32 per barel.


"Kinerja harga minyak dunia yang menguat dan menguji level US$29 per barel memberi sentimen positif terhadap sektor pertambangan hingga menguatnya harga saham pertambangan," katanya.
 
Untuk itu ia menyarankan para investor untuk memantau PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA yang mencatatkan kenaikan 3,43 persen pada perdagangan pekan lalu. Lonjakan tersebut mengantarkan PTBA ke posisi Rp2.110 per saham.

Selain itu, PT Aneka Tambang Tbk juga dapat dijadikan pilihan sebab mencatatkan kinerja cukup baik pada pekan lalu, ANTM ditutup naik 2,65 persen pada perdagangan Jumat (3/4) ke posisi Rp464 per saham.
 
Saham-saham lainnya yang ada di daftar hijau Lucky yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Namun, dia tak memasang harga target untuk perdagangan minggu ini.

Tips berbelanja aman dari CEO sekaligus Founder Ara Hunter Hendra Martono untuk minggu ini ialah meneliti pergerakan indeks secara keseluruhan Pasalnya, ia menilai di saat konsolidasi saat ini resiko mengoleksi saham terbilang tinggi.

Katanya, jika IHSG mampu lepas dari posisi 4.623 melaju melewati level 4.697 maka belanja saham terbilang aman. Sebaliknya, jika indeks melaju kian terjal melewati ambang 4.393, sarannya para investor perlu menyetop transaksi.
 
"Kemungkinan besar kalau minggu ini IHSG mampu tembus ke posisi 4.697 akan sangat bagus tapi kalau terus turun dari level 4.393, kemungkinan besar jangan (beli)," paparnya.

Tak lupa, ia pun meminta pelaku pasar untuk bersikap rasional untuk menjaga psikologi pasar. Salah satunya ialah dengan tak bersikap panik dan melepas saham unggulan yang telah teruji secara fundamental.
 
Hendra mencontohkan saham BBRI yang pada perdagangan minggu lalu babak belur, saham bluechip itu terjun 10,53 persen ke posisi Rp2.890. Ia menyebut, meski murah namun harga tersebut tak menunjukkan posisi 'pantas' saham plat merah itu.
 
Sektor yang tengah menunjukkan sinyal hijau, lanjutnya, adalah sektor industri dasar yang pada perdagangan pekan lalu berkilau, naik 8,52 persen. Untuk itu, dia merekomendasikan saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. atau TKIM yang membukukan kenaikan signifikan sebesar 11,16 persen ke posisi Rp4.780 per saham.
 
Saham pilihan Hendra lainnya ialah saham milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. yang terbang 22,32 persen pada perdagangan pekan lalu. Kinerja apik dari perusahaan pemasok produk petrokimia itu mengantarkan TPIA ke posisi Rp6.850 per saham.

Sementara untuk sektor pertambangan, ia menyarankan investor membidik saham INCO yang selama dua minggu berturut-turut menunjukkan kinerja mengilap. Setelah berhasil melejit 38,89 persen, pada perdagangan minggu lalu INCO kembali merekam kenaikan sebesar 16 persen. Alhasil, harga saham membubung ke posisi Rp2.320 per saham.
 
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan konsentrasi pasar masih pada potensi keluarnya dana investor, terutama investor asing yang seolah tak mendukung kenaikan IHSG. Pekan lalu, BEI mencatat jual bersih asing sebesar Rp842,86 miliar di seluruh pasar.
 
Meski mengaku secara teknikal pasar tampak bagus namun ia menyarankan pelaku pasar untuk hanya melakukan perdagangan jangka pendek hingga kondisi pasar menunjukkan kepastian.
 
"Saya menyarankan untuk melakukan trading jangka pendek. Pasar masih dibayangi sentimen eksternal dan perkembangan virus corona," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(wel/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER