Rincian Penyakit yang Bikin Ekonomi RI Jatuh ke 2,97 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2020 14:20 WIB
Foto aerial kendaraan melintas di kawasan Semanggi, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Sejumlah ruas jalan utama ibu kota lebih lengang dibandingkan hari biasa karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus Corona atau COVID-19. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nz
Seluruh laju komponen pengeluaran PDB anjlok dihantam wabah corona. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi domestik hanya 2,97 persen pada kuartal I 2020. Kinerja tersebut anjlok dari periode yang sama tahun lalu, 5,07 persen, di tengah hantaman wabah virus corona.

Bila dirinci, kinerja itu tak lepas dari perlambatan laju komponen pengeluaran Pendapatan Domestik Bruto (PDP).

Dari sisi konsumsi rumah tangga, pertumbuhannya hanya 2,84 persen atau merosot dari periode yang sama tahun lalu, 5,02 persen. Padahal, konsumsi rumah tangga menopang sebagian besar perekonomian dengan porsi 58,14 persen dari total perekonomian domestik. Kontribusi itu meningkat dari periode yang sama tahun lalu, 56,83 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penjualan eceran terkontraksi terutama pada penjualan sandang; bahan bakar kendaraan; peralatan informasi dan telekomunikasi; serta barang budaya dan rekreasi," demikian pernyataan BPS dalam paparannya, dikutip Selasa (5/5).

Kondisi itu tercermin dari pertumbuhan komponen konsumsi pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya yang minus 3,29 persen berbanding terbalik dengan pertumbuhan kuartal I 2020, 4,48 persen.

Laju konsumsi komponen transportasi dan komunikasi juga anjlok dari 5,13 persen menjadi negatif 1,81 persen.

Kemudian, laju investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga seret. Tercatat, pertumbuhannya selama Januari-Maret hanya 1,7 persen, jauh di bawah realisasi kuartal I 2020, 5,03 persen.

Tak ayal, pertumbuhan ekonomi kian tertekan mengingat investasi adalah penopang perekonomian terbesar kedua dengan porsi 31,91 persen.

Selanjutnya, pertumbuhan belanja pemerintah juga melambat dari 4,22 persen menjadi 3,74 persen. Maklum, di tengah pandemi, pemerintah mengencangkan ikat pinggang dengan menahan belanja yang tidak mendesak dan merealokasikannya pada anggaran penanganan wabah virus corona.

"Realisasi belanja bantuan sosial yang meningkat terutama pada belanja untuk rehabilitasi sosial, jaminan sosial, dan belanja bantuan untuk penanggulangan kemiskinan," tulis BPS.

Meski pertumbuhan belanja pemerintah melambat, porsinya terhadap perekonomian meningkat dari 6,37 persen menjadi 6,5 persen.

Berikutnya, ekspor Indonesia hanya mampu tumbuh 0,24 persen di tengah pembatasan aktivitas perdagangan global saat pandemi. Kinerja ini sebenarnya membaik bisa dibandingkan periode yang sama tahun lalu di mana lajunya minus 1,58 persen.

[Gambas:Video CNN]

Sementara, pertumbuhan impor tercatat minus 2,19 persen atau lebih kencang dibandingkan kuartal I 2019 yang turun 7,47 persen.

Terakhir, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) turun 4,91 persen. Padahal, kuartal I 2019, mampu tumbuh 16,96 persen.

Sebagai catatan, konsumsi LNPRT merupakan konsumsi institusi yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Dalam perekonomian tiga bulan pertama tahun ini, konsumsi LNPRT hanya menopang 1,28 persen.

(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER