PSBB, Konsumsi Rumah Tangga Jatuh 2,8 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2020 14:00 WIB
Pedagang berada di depan Blok A, Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (6/4/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperpanjang penutupan sementara Pasar Tanah Abang hingga 19 April 2020 sebagai bentuk pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
BPS menyebut kontribusi konsumsi rumah tangga meningkat terhadap PDB menjadi 58,14 persen. Namun, pertumbuhannya jatuh 2,8 persen. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga).
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2020 cuma 2,84 persen. Angka ini terpaut jauh dari periode yang sama tahun lalu, yakni 5,02 persen.

"Kalau kami lihat, memang konsumsi rumah tangga melambat cukup dalam. Karena porsi dari konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian sangat besar, tentu akan sangat mengerek ke bawah (pertumbuhan ekonomi)," tutur Kepala BPS Suhariyanto, Selasa (5/5).

Secara porsi, kontribusi konsumsi rumah tangga masih mendominasi, yakni sebanyak 58,14 persen. Porsi ini meningkat dibandingkan kuartal I 2019 lalu yang hanya 56,83 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih detail, BPS mencatat komponen yang mengalami kontraksi, yakni pakaian, alas kaki, hingga jasa perawatan hingga minus 3,29 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, komponen ini bertumbuh 4,48 persen.

Komponen berikutnya, yaitu konsumsi transportasi dan komunikasi yang terkontraksi 1,81 persen dibandingkan 5,13 persen pada kuartal I 2019.

Komponen lainnya tercatat melambat, namun masih membukukan pertumbuhan. Seperti konsumsi makanan dan minuman selain restoran yang meningkat 5,10 persen atau lebih rendah ketimbang kuartal I 2019 sebesar 5,32 persen.

Kemudian, komponen restoran dan hotel hanya tumbuh 2,39 persen dari sebelumnya 5,64 persen.

"Ini bisa dipahami, karena ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), imbauan untuk mengurangi aktivitas di luar dan stay at home," jelas Suhariyanto.

Namun demikian, masih ada komponen konsumsi rumah tangga yang meningkat, antara lain kesehatan dan pendidikan yang naik 7,85 persen dari sebelumnya hanya 5,54 persen pada kuartal I 2019. Disusul oleh komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga sebesar 4,47 persen dari sebelumnya 4,39 persen.

Fenomena lain yang terkait konsumsi rumah tangga, yaitu pertama, penjualan eceran terkontraksi, terutama pada penjualan sandang, bahan bakar kendaraan, peralatan informasi, dan telekomunikasi, serta barang budaya dan rekreasi.

Kedua, penjualan wholesale mobil penumpang terkontraksi 4,51 persen dan penjualan sepeda motor susut 17,25 persen.

Ketiga, pengeluaran untuk transportasi merosot, Hal ini terlihat dari penurunan jumlah penumpang angkutan kereta api dan udara. Keempat, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat.

[Gambas:Video CNN]

Impor Anjlok

Selain konsumsi rumah tangga, kontribusi kedua terbesar yakni dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 31,91 persen. Namun, porsinya menyusut dari 32,15 persen pada kuartal I 2019 menjadi hanya 31,91 persen.

Maklumlah, pertumbuhannya tersisa 1,70 persen pada kuartal I 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 5,03 persen.

Nasib serupa juga dialami ekspor. Kontribusi ekspor susut dari 18,56 persen menjadi 17,43 persen. Kendati porsinya menyusut, pertumbuhannya tercatat membaik dari sebelumnya minus 1,58 persen menjadi 0,24 persen.

Kemudian, konsumsi pemerintah dengan kontribusi sebesar 6,50 persen. BPS merekam konsumsi pemerintah melambat, yaitu dari 5,22 persen pada kuartal I 2019 menjadi 3,74 persen pada kuartal I 2020.

Suhariyanto menuturkan realisasi belanja pemerintah ditopang oleh belanja bantuan sosial dan belanja pegawai, dengan catatan pertumbuhan belanja pegawai terjadi alamiah karena kenaikan pangkat dan golongan.

"Sebaliknya, untuk belanja barang karena memang sudah diputuskan efisiensi, maka belanja barang kuartal I 2020 kontraksi 6,12 persen," ujarnya.

Lalu, konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) yang memiliki andil 1,28 persen dengan pertumbuhan 10,62 persen. Kuartal I 2020, LNPRT tercatat kontraksi 4,91 persen atau lebih baik dibandingkan sebelumnya minus 16,96 persen.

Terakhir, yang tidak kalah penting, impor menggerogoti pertumbuhan ekonomi 17,57 persen. Kinerja impor tercatat masih minus 2,19 persen . Pada periode yang sama tahun lalu, impor minus 7,47 persen. (ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER