Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) kehilangan taringnya pada perdagangan pekan lalu, mendarat di zona 4.597 atau turun 2,52 persen. Indeks
saham kehilangan momentumnya setelah sempat mencatatkan lonjakan 4,9 persen pada penutupan pekan pertama Mei.
Belum juga sempat merekah, indeks telah anjlok akibat aksi ambil untung (profit taking). Sepanjang perdagangan pekan lalu, RTI Infokom mencatat dana sebesar Rp1,22 triliun minggat dari pasar modal.
Melihat keadaan tersebut, pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo meramal indeks saham bergerak cenderung melemah. Sebab, para investor bersikap hati-hati sebelum membelanjakan modalnya ke saham-saham berpotensi 'cuan'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, investor yang tengah menyusun ancang-ancang berinvestasi, Lucky menyebut sektor transportasi dapat dilirik. Ia bilang emiten transportasi yang sempat babak belur akibat anjloknya permintaan terlihat mulai bergairah.
Hal ini dipicu oleh kebijakan pemerintah membuka seluruh gerbong moda transportasi tanpa terkecuali. Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melongarkan operasi moda transportasi sejak Kamis (7/5).
Merujuk pada Surat Edaran (SE) Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan Perjalanan Orang Dalam Rangka Percepatan Penanganan Cvodi-19, para penyedia transportasi diperbolehkan menjual tiket perjalanan.
Meski izin bepergian tak diberikan kepada semua orang, namun ia menilai pelonggaran pembatasan gerak berhasil memberi sentimen positif terhadap sektor terkait. "Pemerintah yang memberikan sinyal pelonggaran PSBB untuk lintas transportasi menimbulkan sentimen positif," ucapnya pada Jumat (8/5).
Ambil contoh, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang tanpa ragu kembali menjajal tiket dan kembali terbang sejak pekan lalu.
Pada penutupan indeks akhir pekan, perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,42 persen yang mengantarkan GIAA ke harga Rp246 per saham. Bahkan, sepanjang perdagangan pekan lalu, emiten membukukan lonjakan sebesar 36,67 persen.
Lucky menilai investor mulai tertarik mengoleksi saham perseroan yang masih diskon (under value). Meskipun harga berangsur naik, namun ia menambahkan harga GIAA masih terbilang murah mengingat 6 bulan terakhir, harga emiten dibanderol seharga Rp630.
"GIAA yang mengalami kenaikan hampir 20 persen (Jumat, 8/5) masih berada di teritori terendah. Di teritori tinggi ada di Rp630 per saham," terang dia.
Untuk para investor jangka pendek, belanja saham dapat dilakukan dengan catatan memantau ketat pergerakan pasar. Sementara, untuk mereka yang menabung saham, Lucky menyarankan untuk memilih saham lainnya yang lebih aman jika tak mau bolong.
Sebab, maskapai BUMN tersebut memiliki utang jatuh tempo sebesar US$500 juta setara Rp7 triliun (kurs Rp14 ribu) pada Juni mendatang. Belum lagi pendapatan operasional perseroan pada kuartal I 2020 yang terpukul 33 persen akibat pembatalan penerbangan haji.
Untuk rekam jejak pun tak bersih, perseroan mendulang berbagai kontroversi dari aksi poles laporan keuangan pada 2018 hingga kisruh kasus dugaan penyelundupan komponen sepeda motor Harley-Davidson pada 2019 silam.
Sepakat, Analis Sucorindo Hendriko Gani menyebut meski kinerja GIAA pekan lalu mengindikasikan 'putar balik' cukup signifikan, namun ia tak berani muluk-muluk menargetkan harga GIAA. Targetnya, jual di area Rp280 hingga Rp300 per saham.
"GIAA memulai fase up-trend dengan support di 230-240 dan target di 280-300," ungkapnya.
[Gambas:Video CNN]Selain Garuda, Hendriko juga menyarankan untuk memantau perusahaan yang bergerak di sektor transportasi, seperti PT Adi Sarana Arada Tbk (ASSA) yang menyediakan sewa kendaraan korporasi, transportasi logistik, hingga layanan pengemudi.
ASSA tengah banting harga di level Rp334 per saham pada perdagangan pekan lalu, hampir setengah harga pada posisinya 3 bulan lalu, yaitu Rp615 per saham. Emiten membukukan penurunan sebesar 7,73 persen sepanjang perdagangan pekan lalu dengan pencapaian tertinggi di level 374.
Kinerja perusahaan pada 2019 tercatat lumayan baik, pendapatan ASSA dilaporkan sebesar Rp2,32 triliun atau naik 25,04 persen jika dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya, yaitu Rp1,86 triliun.
Pun demikian, laba bersih ASSA merosot sebesar 23,06 persen (yoy) dari Rp143,5 miliar pada 2018 menjadi Rp 110,40 miliar pada 2019. Sebagai catatan, terjadi kenaikan utang perusahaan dari Rp2,92 triliun pada akhir 2018 menjadi Rp3,51 triliun per 31 Desember 2019.
Meski meyakini pergerakan ASSA masih akan terus menanjak, namun ia menyarankan investor untuk lepas jika emiten tembus ke level 318. "ASSA masih bergerak
uptrend selama masih dapat bertahan di atas level 318 dengan target 370-374," kata Hendriko.
Sentimen utama indeks, masih terfokus pada jumlah kasus positif virus corona dalam negeri yang masih terus bertambah. Ia khawatir jika angka pasien positif covid-19 terus berjatuhan, pemerintah akan kembali bersiaga dan mengubah kebijakan.
Bahkan, tak tertutup kemungkinan lonjakan kasus justru terjadi akibat perayaan hari raya lebaran yang kental dengan fenomena mudik tahunan. Ini menjadi tantangan bagi sektor transportasi yang rentan akibat dinamika perubahan regulasi yang tak stabil.
"Kebijakan dapat mengalami perubahan jika ditemukan kasus covid-19 meningkat dan fenomena mudik, maka hal tersebut akan menjadi tantangan bagi sektor transportasi. Tantangannya, apabila ada perubahan kebijakan, disertai kenaikan (korban) virus corona," pungkasnya.
(wel/bir)