Jakarta, CNN Indonesia -- Tren landai Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) sepanjang pekan lalu sebaiknya tidak dipahami bahwa awan mendung investasi terus berlanjut. Memang, indeks
saham masih akan 'kurang darah' hingga kuartal II ini, apalagi jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlangsung akibat pandemi virus corona.
Tetapi, bicara investasi saham, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menyebut lebaran memberi secercah harapan pada saham-saham sektor konsumer. Terutama, setelah pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) sebagian besar PNS dan pekerja.
Karenanya, ia masih menyarankan investor untuk melirik saham-saham yang relatif 'aman'. "Saham-saham utama pilihan kami masih cenderung ke (sektor) konsumer," ujarnya seperti dikutip dari risetnya yang diterima
CNNIndonesia.com pada Minggu (17/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan perdagangan bulan lalu, sektor konsumer masih jadi juara ditopang oleh saham-saham tangguh (defensive), seperti PT Unilever Tbk (UNVR), PT Mayora Indah (MYOR), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Saham pilihan Hariyanto itu memang mencatat pertumbuhan stabil. Ambil contoh UNVR yang membukukan pertumbuhan sebesar 6,52 persen pada perdagangan pekan lalu dan kenaikan 22,94 persen selama sebulan terakhir. Pekan lalu, saham UNVR dihargai sebesar Rp8.575 per saham.
Maklum, di tengah pandemi virus corona, pada kuartal I 2020 lalu, UNVR tetap meraup laba bersih sebesar Rp1,86 triliun. Laba itu tumbuh 6,5 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, yaitu Rp1,74 triliun.
Kenaikan laba itu ditopang oleh peningkatan penjualan yang diikuti penurunan beban perusahaan. Saham kategori bluechip ini mengantongi penjualan sebesar Rp11,15 triliun atau tumbuh 4,5 persen dari kuartal yang sama pada tahun lalu, yaitu Rp10,66 triliun.
Sementara untuk utang, perusahaan mencatatkan penurunan dari kuartal IV 2019 di posisi Rp15,36 triliun menjadi Rp 14,32 triliun pada akhir Maret 2020.
[Gambas:Video CNN]Dari sisi aset, UNVR membukukan aset lancar sebesar Rp21,54 triliun, sedangkan aset tidak lancar dinyatakan sebesar Rp12,04 triliun.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony juga merekomendasikan saham-saham konsumer, terutama untuk perusahaan yang menjual keperluan dapur.
"Di masa menjelang lebaran, biasanya sektor konsumer yang menjual makanan, seperti ayam dan keperluan dapur akan cenderung meningkat," ungkapnya.
Ia memilih PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan UNVR dengan harga target sebesar 8.700 untuk UNVR dan 1.000 untuk JPFA.
Awas PesimismeNamun, Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo mengingatkan pandemi covid-19 yang mengubah iklim transaksi, menempatkan sektor konsumer pada posisi dilematis, bahkan cenderung pesimis.
Sektor konsumer, lanjutnya, tidak menjadi primadona untuk tahun ini. Ia menilai belanja (spending) yang seharusnya telah berlangsung saat ini tersendat akibat anjloknya daya beli masyarakat.
Hal ini tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) survei Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan sikap pesimis konsumen terhadap kondisi ekonomi pada April 2020. IKK April anjlok dari 113,8 menjadi 84,8 atau turun 25,5 persen dibandingkan Maret 2020. Sebagai catatan, indeks di bawah 100 merupakan zona pesimis.
"Melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja," tulis survei Bank Indonesia (BI).
Oleh karena itu, Lucky menyarankan investor untuk menghindari sektor terkait untuk sementara hingga pemerintah mencabut pemberlakuan PSBB.
Sebagai gantinya, investor dapat beralih ke sektor energi yang menunjukkan prospek menjanjikan. Misalnya, saham-saham energi, berpotensi memberi untung bersamaan karena bangkitnya harga minyak dunia.
Sebagai referensi, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli naik US$1,94 atau 6,7 persen ke posisi US$31,13 per barel pada perdagangan akhir pekan. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni melonjak US$2,27 atau 9 persen ke US$27,56 per barel.
Diketahui, harga minyak dunia sempat menyentuh level terendahnya pada perdagangan Senin (20/4), minyak diobral hingga harganya minus. WTI kala itu dijual rugi di level minus US$37,63 per barel atau terendah sejak 1983.
Saham-saham pilihan Lucky untuk pekan ini ialah PGAS dengan level aman koleksi (
entry point) 790, PTBA di level 1.815, dan MEDC di posisi 470. "Sementara untuk AKRA bisa dikoleksi untuk transaksi jangka pendek dengan entry point di 2.240," pungkasnya.
(wel/bir)