Fitch Ungkap Negara dengan Risiko Gagal Bayar Utang Tertinggi

CNN Indonesia
Senin, 18 Mei 2020 10:53 WIB
Petugas menghitung mata uang dollar Amerika, di salah satu outlet penukaran uang. Jakarta, Jumat, 18 Mei 2018. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar AS (Jisdor), laju kurs rupiah terhadap dolar AS masih terpuruk. Hari ini posisi Rupiah menembus level Rp 14.100 per dolar AS tepatnya Rp 14.107 per dolar AS. Sebelumnya Rupiah berada pada Rp 14.074 dolar AS. Petugas menghitung mata uang dollar Amerika, di salah satu outlet penukaran uang. Jakarta, Jumat, 18 Mei 2018. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar AS (Jisdor), laju kurs rupiah terhadap dolar AS masih terpuruk. Hari ini posisi Rupiah menembus level Rp 14.100 per dolar AS tepatnya Rp 14.107 per dolar AS. Sebelumnya Rupiah berada pada Rp 14.074 dolar AS.
Fitch Ratings menilai negara-negara yang mengutamakan ekspor komoditas, terutama minyak, memiliki risiko tinggi gagal bayar utang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat Fitch Ratings mengungkapkan sejumlah negara dengan risiko gagal bayar utang (default) di tengah krisis ekonomi karena pandemi virus corona.

Dalam catatan Fitch, dikutip dari CNN.com, Senin (18/5), setidaknya tiga negara telah gagal membayar utangnya tahun ini, yakni Argentina, Ekuador, dan Libanon. Jumlah itu memecahkan rekor negara gagal bayar utang terbanyak dalam satu tahun sejak 2017.

Bahkan, Fitch memprediksi jumlahnya bertambah lantaran tahun ini baru menginjak Mei. Perkiraan itu turut memperhitungkan penurunan peringkat utang bagi sejumlah negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, Fitch menurunkan peringkat utang 29 negara tahun ini. Sebanyak 8 dari 29 negara itu, menempati peringkat C atau peringkat utang bagi negara-negara dengan risiko gagal bayar yang tinggi.

Empat negara di Afrika memiliki potensi gagal bayar utang paling rentan, yakni Gabon, Mozambik, Republik Kongo, dan Zambia.

Di samping itu, lusinan negara lain berisiko mengalami penurunan peringkat. Sebut saja, El Salvador, Irak, dan Sri Lanka merupakan negara yang berpotensi masuk dalam peringkat utang C menyusul 8 negara lainnya.

Fitch mengatakan rata-rata tingkat gagal bayar utang untuk negara di kelompok C sebesar 26,5 persen dalam 25 tahun terakhir. Biasanya, negara di peringkat C hanya butuh waktu tujuh bulan untuk menjadi negara kategori gagal bayar utang.

Namun, Fitch menyebut kondisinya memburuk. Selama lima tahun terakhir, tingkat gagal bayar utang untuk negara peringkat C melonjak menjadi 38,5 persen. Hanya lima negara yang berhasil menghindari gagal bayar.

Menurut Fitch, negara-negara dengan risiko gagal bayar terbesar adalah mereka yang mengandalkan ekspor komoditas, terutama minyak. Apalagi, harga energi praktis terjun karena tidak ada orang bepergian selama pandemi corona.

Imbasnya, permintaan minyak sangat rendah, sehingga sejumlah produsen kehabisan ruang atau kilang untuk menyimpan minyaknya. Perang harga Arab Saudi dan Rusia pun memperburuk kondisi itu, meskipun OPEC dan sekutunya atau OPEC+ setuju memangkas produksi 9,7 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni.

Namun, tidak semua negara penghasil minyak gagal bayar utang, sebagian mereka juga sehat. Umumnya, negara-negara dengan risiko gagal bayar tertinggi memiliki berbagai masalah fundamental, dan anjloknya harga minyak memperburuk kondisi finansialnya. Misalnya, suku bunga acuan tinggi dan cadangan kas negara rendah.

Fitch mengatakan hanya 14 negara yang gagal bayar utang sebanyak 23 kali sejak pertengahan 1990-an. Namun, Fitch memprediksi jumlahnya bertambah karena covid-19 membuat ekonomi tertekan.

[Gambas:Video CNN]

(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER