Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat
Fitch Ratings mengungkapkan sejumlah negara dengan risiko gagal bayar
utang (default) di tengah krisis ekonomi karena pandemi virus corona.
Dalam catatan Fitch, dikutip dari
CNN.com, Senin (18/5), setidaknya tiga negara telah gagal membayar utangnya tahun ini, yakni Argentina, Ekuador, dan Libanon. Jumlah itu memecahkan rekor negara gagal bayar utang terbanyak dalam satu tahun sejak 2017.
Bahkan, Fitch memprediksi jumlahnya bertambah lantaran tahun ini baru menginjak Mei. Perkiraan itu turut memperhitungkan penurunan peringkat utang bagi sejumlah negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, Fitch menurunkan peringkat utang 29 negara tahun ini. Sebanyak 8 dari 29 negara itu, menempati peringkat C atau peringkat utang bagi negara-negara dengan risiko gagal bayar yang tinggi.
Empat negara di Afrika memiliki potensi gagal bayar utang paling rentan, yakni Gabon, Mozambik, Republik Kongo, dan Zambia.
Di samping itu, lusinan negara lain berisiko mengalami penurunan peringkat. Sebut saja, El Salvador, Irak, dan Sri Lanka merupakan negara yang berpotensi masuk dalam peringkat utang C menyusul 8 negara lainnya.
Fitch mengatakan rata-rata tingkat gagal bayar utang untuk negara di kelompok C sebesar 26,5 persen dalam 25 tahun terakhir. Biasanya, negara di peringkat C hanya butuh waktu tujuh bulan untuk menjadi negara kategori gagal bayar utang.
Namun, Fitch menyebut kondisinya memburuk. Selama lima tahun terakhir, tingkat gagal bayar utang untuk negara peringkat C melonjak menjadi 38,5 persen. Hanya lima negara yang berhasil menghindari gagal bayar.
Menurut Fitch, negara-negara dengan risiko gagal bayar terbesar adalah mereka yang mengandalkan ekspor komoditas, terutama minyak. Apalagi, harga energi praktis terjun karena tidak ada orang bepergian selama pandemi corona.
Imbasnya, permintaan minyak sangat rendah, sehingga sejumlah produsen kehabisan ruang atau kilang untuk menyimpan minyaknya. Perang harga Arab Saudi dan Rusia pun memperburuk kondisi itu, meskipun OPEC dan sekutunya atau OPEC+ setuju memangkas produksi 9,7 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni.
Namun, tidak semua negara penghasil minyak gagal bayar utang, sebagian mereka juga sehat. Umumnya, negara-negara dengan risiko gagal bayar tertinggi memiliki berbagai masalah fundamental, dan anjloknya harga minyak memperburuk kondisi finansialnya. Misalnya, suku bunga acuan tinggi dan cadangan kas negara rendah.
Fitch mengatakan hanya 14 negara yang gagal bayar utang sebanyak 23 kali sejak pertengahan 1990-an. Namun, Fitch memprediksi jumlahnya bertambah karena covid-19 membuat ekonomi tertekan.
[Gambas:Video CNN] (ulf/bir)