Melihat Pemicu Serangan Dagang China ke Australia

CNN Indonesia
Rabu, 20 Mei 2020 10:43 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/6/2019).  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mengalami surplus sebesar 210 juta dolar AS dengan nilai ekspor mencapai 14,74 miliar dolar AS, sementara nilai impor mencapai 14,53 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
China melancarkan serangan dagang ke Australia. Serangan diduga dipicu usul Australia ke WHO untuk menggelar penyelidikan soal asal usul virus corona. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi).
Jakarta, CNN Indonesia -- China menabuh genderang perang dagang dengan Australia pada Senin (18/5). Perang ditabuh tak lama setelah Australia mengusulkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki awal mula penyebaran virus corona.

Resolusi yang diusulkan Australia ini memang tidak menyebutkan secara spesifik soal keterkaitan China. Permintaan itu hanya berbunyi "evaluasi secara imparsial, mandiri, dan menyeluruh yang dikoordinasi WHO terkait respons dunia terhadap Covid-19".

Resolusi ini mendapat dukungan internasional dari negara-negara seperti India, Selandia Baru, Rusia, Inggris, juga negara anggota Uni Eropa. Namun, China dilaporkan murka dengan desakan Australia untuk menyelidiki penanganan virus corona yang telah menjangkiti seluruh dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak lama setelah usulan itu, China langsung mengenakan tarif impor sebesar 80,5 persen untuk gandum barley dari Negeri Kanguru yang berlaku sejak Selasa (19/5).

Namun, China membantah perang dagang ditabuh karena usul Australia tersebut. Menurut mereka masalah tarif dan usulan penyelidikan penyebaran virus corona merupakan dua hal yang sangat berbeda.

Mereka menyatakan tarif tinggi diberlakukan karena penyelidikan pemerintah China terhadap ekspor biji-bijian Australia mengungkap ada praktik subsidi dan dumping yang dilakukan Australia.

"Temuan penyelidikan China menunjukkan kebijakan tersebut telah secara substansial merusak industri dalam negeri China," kata kementerian perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari AFP pada Selasa.

Meskipun membantah, namun, Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye bulan lalu mengatakan kepada Australian Financial Review bahwa dorongan penyelidikan oleh Australia dapat memprovokasi boikot konsumen produk Negeri Kanguru di China.

[Gambas:Video CNN]
"Publik China frustrasi, kecewa. Mereka kecewa dengan apa yang dilakukan Australia sekarang," kata Cheng.

"Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan 'Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?'" (jal/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER