Jakarta, CNN Indonesia -- Ekspansi aktivitas pabrik
China melambat pada Mei 2020. Kondisi itu tak lepas dari pandemi
virus corona (covid-19) yang menghantam perekonomian global.
Perlambatan ekspansi tercermin dari Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang merosot. Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) China, PMI China tercatat 50,6 poin pada Mei. Angka itu turun tipis dari April, 50,8 poin, dan 52 poin pada Maret 2020.
Sebagai catatan, indeks di atas 50 mengindikasikan terjadinya ekspansi aktivitas industri. Sebaliknya, 50 ke bawah menjadi indikator kontraksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situasi epidemi dan ekonomi global masih parah dan kompleks, dan permintaan pasar luar negeri tengah merosot," ujar Ahli Statistik Senior NBS Zhai Qinghe dikutip dari
AFP, Minggu (31/5).
Zhao mengungkapkan indeks pesanan baru ekspor dan impor masih berada di level rendah.
Memang, pemulihan ekonomi masih berlangsung dan terus membaik. Namun, kata dia, ada kelemahan pada beberapa industri seperti tekstil dan apparel.
Sementara itu, PMI untuk sektor non-manufaktur naik tipis dari April menjadi 53,6. Perbaikan itu dipicu oleh sektor jasa dan konstruksi yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Kendati demikian, aktivitas bisnis pada sektor budaya, olah raga dan hiburan masih rendah mengingat banyak lokasi hiburan yang ditutup untuk mencegah gelombang kedua penyebaran virus corona.
[Gambas:Video CNN]"Dengan proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II sebesar 15 persen secara tahunan untuk negara maju di Eropa dan Amerika, ekspor China sepertinya harus siap merosot," tulis laporan analis Nomura.
Nomura menambahkan dorongan dari peningkatan permintaan kebutuhan kesehatan terkait virus corona pada beberapa minggu terakhir juga tidak mampu mengimbangi tantangan eksternal.
Selain itu, ekspor alat kesehatan juga diprediksi tidak akan berkelanjutan karena banyak negara yang mulai memproduksi sendiri di tengah meningkatkan jumlah kasus.
(afp/sfr)