Dana Pemerintah Terbatas, Uang Beredar Tumbuh Lebih Lambat

CNN Indonesia
Rabu, 03 Jun 2020 15:15 WIB
Penukuran uang baru di Bank Indonesia cabang Thamrin, Jakarta, 10 Mei 2019. Bank Indonesia menyiapkan uang baru pecahan Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000 dan Rp20.000 untuk menghadapi bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1440 H. CNN Indonesia/Hesti Rika
BI mencatat uang beredar tumbuh 8,6 persen pada April menjadi Rp6.238,3 triliun. Melambat dibanding Maret karena kontraksi operasi keuangan pemerintah. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau jumlah uang beredar dalam arti luas mencapai Rp6.238,3 triliun pada April 2020. Jumlah ini tumbuh 8,6 persen secara tahunan, namun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,1 persen.

Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko bilang pertumbuhan uang beredar lebih rendah, karena ada kontraksi pada operasi keuangan pemerintah. Tercatat, pertumbuhan uang beredar dari pemerintah pusat hanya 1,7 persen.

"Tagihan bersih kepada pemerintah pusat melambat dari 14,5 persen pada Maret 2020 menjadi 1,7 persen pada April 2020," imbuh Onny dalam keterangan tertulis, Rabu (3/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pertumbuhan uang beredar juga melambat karena seretnya penyaluran kredit dari perbankan. Tercatat, penyaluran kredit bank sekitar 4,9 persen pada April dari sebelumnya 7,2 persen pada Maret 2020.

Kendati begitu, aktiva luar negeri bersih tumbuh mencapai 15,8 persen pada April 2020. Pertumbuhannya lebih tinggi dari bulan sebelumnya sekitar 13,9 persen.  "Sehingga menahan perlambatan uang beredar," imbuhnya.

Berdasarkan komponen, pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh lemahnya pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit, yaitu hanya tumbuh 8,4 persen dari sebelumnya 15,4 persen. "Ini disebabkan oleh perlambatan giro rupiah," katanya.

Begitu pula dengan pertumbuhan uang kuasi dari 10,8 persen menjadi 8,5 persen. Lalu, surat berharga selain saham hanya tumbuh 20,6 persen dari sebelumnya 44,6 persen pada Maret 2020.

[Gambas:Video CNN]

(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER