Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak dunia ditutup naik tipis setelah bergerak fluktuatif pada perdagangan Jumat (5/6). Pasar diliputi ketidakpastian yang dipicu oleh aksi tunggu
investor akan nasib kebijakan pemangkasan produksi kelompok produsen minyak mentah.
Mengutip
Antara, Jumat (5/6), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 20 sen menjadi US$39,99 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sedangkan, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 12 sen menjadi US$37,41 per barel di New York Mercantile Exchange.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ masih tarik-ulur menentukan kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi yang ada.
Arab Saudi dan Rusia menyatakan keinginan mengurangi 9,7 juta barel per hari (bph) yang disepakati oleh produsen utama pada April lalu. Namun, saran dari Presiden OPEC Aljazair untuk bertemu pada Kamis (4/6) tertunda akibat pembahasan ketidakpatuhan beberapa produsen lainnya.
Sementara, Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab tidak berencana memperpanjang pemotongan tambahan produksi sukarela 1,18 juta bph setelah Juni. Jika terjadi, maka pasokan minyak mentah Juli dapat melonjak terlepas dari keputusan OPEC+.
Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menyebut OPEC berada dalam posisi sulit dan akan dibenci terlepas dari keputusan yang dilakukan akibat perbedaan keputusan kedua kubu produsen minyak dunia.
"Setiap keputusan untuk membatalkan perpanjangan pemotongan saat ini akan dengan mudah memicu penjualan jangka pendek, sementara perjanjian untuk memperpanjang pemotongan di luar bulan depan akan memiliki implikasi
bearish jangka panjang karena penyesuaian naik untuk perkiraan produksi serpih kuartal ketiga kemungkinan akan diperlukan," ucapnya.
[Gambas:Video CNN]Kekhawatiran akan kebangkitan produksi serpih AS yang telah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan merupakan alasan Moskow mendukung pemangkasan yang diperpanjang hingga Juli. Sumber menyebut Russia tak mau memperpanjang pemangkasan lebih lama lagi.
Sementara, data pemerintah AS per Rabu (3/6) menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan bahan bakar karena permintaan yang terganggu oleh pandemi virus corona.
(wel/sfr)