Jakarta, CNN Indonesia -- Analis
saham melihat kinerja keuangan sektor
ritel masih akan menyusut pada kuartal II 2020 meski pemerintah telah mengumumkan akan menerapkan kebijakan tata kehidupan baru atau
new normal. Salah satu ritel yang disorot adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Founder sekaligus analis Ellen May Institute Ellen May menjelaskan penyusutan terjadi karena sektor ritel telah kehilangan momentum Ramadan dan Lebaran. Dua momen tersebut biasanya memberikan sumbangan pendapatan lebih dari 60 persen setiap tahunnya.
Selain tekanan pendapatan, perusahaan ritel juga masih terbebani oleh biaya operasional selama kuartal II 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami melihat kuartal II 2020 akan berat bagi Ramayana Lestari Sentosa. Kami juga meyakini margin Ramayana Lestari Sentosa akan menyusut karena biaya operasi yang tetap berjalan di tengah penurunan penjualan," ungkap Ellen dalam keterangan resmi, dikutip Senin (8/6).
Apalagi katanya, kuartal II 2020 hanya sisa beberapa minggu ke depan. Dengan begitu,
new normal diproyeksi belum berdampak pada kinerja perusahaan sepanjang April-Juni 2020.
Kendati begitu katanya,
new normal tetap memberikan angin segar bagi emiten berkode RALS ini. Pasalnya, gerai-gerai yang semula ditutup sementara kini bisa kembali dibuka.
Paling tidak katanya, kebijakan itu memberikan harapan kepada penjualan Ramayana Lestari Sentosa. Ia mengakui harapan tersebut tidak mudah dicapai.
Terlebih bila melihat target pasar Ramayana Lestari Sentosa yang kebanyakan masyarakat kelas menengah ke bawah.
[Gambas:Video CNN]"Perlu dicermati target pasar RALS adalah golongan yang paling terkena dampak covid-19 (virus corona)," kata Ellen.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), sambung Ellen, memaparkan responden kelompok masyarakat rendah mengaku mengalami penurunan pendapatan karena peyebaran virus corona. Golongan ini adalah mereka yang memiliki pendapatan maksimal Rp1,8 juta.
Walaupun sentimen untuk Ramayana Lestari Sentosa masih bervariasi, tapi Ellen menilai ada potensi saham perusahaan bangkit setelah terkapar beberapa waktu terakhir. Karena itulah, ia merekomendasikan posisi beli (
buy) saham tersebut dengan pembelian maksimal di angka Rp620 per saham.
"Jual jika harga turun dari Rp580 per saham untuk pembatasan risiko dengan perkiraan
profit taking (aksi ambil untung) di kisaran Rp700-Rp750 per saham," jelas Ellen.
Diketahui, Ramayana Lestari Sentosa mencatatkan laba bersih sebesar Rp13,3 miliar pada kuartal I 2020. Angka itu anjlok 82,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba bersih seiring dengan penjualan yang juga menyusut sebesar 21,7 persen menjadi Rp916 miliar. Rinciannya, penjualan di segmen pakaian dan aksesoris turun 12,2 persen dan swalayan 12,8 persen.
Sementara, Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo juga menyarankan investor untuk mengonsumsi saham di sektor ritel. Selain Ramayana Lestari Sentosa, pasar juga bisa melakukan transaksi beli untuk saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).
"Apresiasi pasar menyambut pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memberi sentimen positif ke sektor ritel akibat pembatasan yang otomatis membuat kinerja sektor ritel menurun," kata Lucky.
Lucky menyatakan saham Ace Hardware berpeluang kembali menguat karena kinerja perusahaan cukup positif beberapa waktu terakhir. Dengan kata lain, saham perusahaan cukup baik bila dilihat dari sentimen fundamental.
Tercatat, laba bersih Ace Hardware sepanjang 2019 sebesar Rp1,03 triliun. Angkanya naik 6,8 persen dari posisi 2018 yang sebesar Rp964,55 miliar.
Kenaikan laba didorong oleh peningkatan pendapatan perusahaan sebesar 12,47 persen dari Rp7,24 triliun menjadi Rp8,14 triliun. Aset Ace Hardware pun tercatat meningkat sebesar 11,26 persen dari Rp5,32 triliun menjadi Rp5,92 triliun pada 2019.
Dengan kondisi keuangan perusahaan yang masih positif, Lucky menargetkan harga saham Ace Hardware bisa mengarah ke level Rp1.920 per saham. Saat ini, harga saham perusahaan berada di area Rp1.515 per saham atau naik tipis 0,66 persen.
(aud/agt)