Jakarta, CNN Indonesia --
BP, perusahaan migas asal Inggris, memperkirakan nilai aset turun sekitar US$13 miliar sampai US$17,5 miliar atau Rp183,3 triliun sampai Rp246,75 triliun (asumsi kurs Rp14.100 per dolar AS) pada kuartal II 2020. Penurunan aset sekitar 6 persen dari total aset saat ini terjadi karena merosotnya
harga minyak mentah dunia di tengah tekanan pandemi virus corona atau covid-19.
CEO BP Bernard Looney mengatakan penurunan harga minyak mentah membuat cadangan migas perusahaan ikut menurun, sehingga memberikan kontribusi yang lebih rendah bagi total aset saat ini. Bahkan, perusahaan minyak yang bermarkas di London itu memperkirakan harga minyak mentah Brent akan turun sekitar 27 persen menjadi US$55 per barel pada 2020-2050.
Di sisi lain, perusahaan juga menilai penurunan harga minyak mentah akan membuat permintaan berkurang dalam kurun waktu yang cukup panjang. Sebab, daya beli mulai menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersamaan dengan risiko penurunan harga minyak mentah dan aset, perusahaan pun akan mulai menghentikan investasi dan pengembangan beberapa kilang migas mereka. Perusahaan akan menggunakan kapasitas investasi untuk energi yang lebih rendah karbon atau lebih bersih dari energ fosil, seperti migas.
"Manajemen BP memiliki harapan yang semakin besar bahwa dampak pandemi akan mempercepat laju transisi ke ekonomi sistem karbon yang lebih rendah. Ini akan memungkinkan kami untuk bersaing melalui transisi energi," ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip dari
CNN, Selasa (16/6).
Saat ini pun, katanya, perusahaan sudah mulai menurunkan tingkat karbon pada produksi energi mereka. Perusahaan menargetkan mampu menghasilan energi dengan tingkat karbon nol persen pada 2050.
Sebelumnya, perusahaan juga mengumumkan PHK terhadap 10 ribu pekerja atau 15 persen dari total pekerja mereka untuk efisiensi pengeluaran. Pasalnya, penurunan harga minyak sempat membuat pengeluaran membengkak, bahkan melebihi keuntungan yang didapat.
"Kami menghabiskan banyak, lebih banyak dari yang kami hasilkan," imbuhnya.
Tak hanya itu, BP juga melakukan pemotongan pembayaran kepada pemegang saham, meski masih membukukan utang bersih sekitar US$6 miliar pada kuartal I 2020. Perusahaan juga mengkaji kembali kemampuan mereka memberi dividen kepada pemegang saham di akhir kuartal.
Sejak pandemi corona berlangsung, harga minyak menta dunia memang terkoreksi beberapa kali. Bahkan, minyak mentah dunia sempat jatuh ke level terendah dalam 20 tahun terakhir, tepatnya pada April 2020, yaitu turun sekitar 42 persen.
Badan Energi Internasional mencatat rata-rata penurunan permintaan minyak mencapai 9 juta barel per hari pada tahun ini. Hal ini membuat volume konsumsi turun ke level pada 2012 lalu.
Konsumsi minyak sempat berangsur pulih sejak kebijakan penguncian wilayah (
lockdown) dilonggarkan oleh beberapa negara. Sayangnya, beberapa analis memperkirakan permintaan minyak tidak akan tinggi lagi seperti 2019 sebelum pandemi corona berlangsung.
Analis melihat transisi energi fosil ke energi baru terbarukan mau tidak mau harus dilakukan pada perusahaan energi di dunia. Sebab, lebih menjanjikan secara jangka panjang.
Hal ini pun turut diamini oleh sejumlah perusahaan energi lain di negara-negara lain. Salah satunya, Prancis.
Pemerintah Prancis memberikan paket stimulus sekitar US$17 miliar untuk pengembangan penelitian kepada Airbus dan industri penerbangan lokal. Tujuannya, agar bisa digunakan untuk membuat pesawat berkarbon netral pada 2035.
Begitu pula dengan Jerman, Pemerintah setempat memberikan miliaran euro untuk subsidi pemangkasan harga mobil listrik. Ini merupakan upaya mencapai kendaraan berkarbon netral pada 2050.
[Gambas:Video CNN]
(uli/sfr)