Gubernur Ridwan Kamil (RK) menyebutkan, sektor pangan dan pertanian di Jawa Barat merupakan yang paling sedikit terdampak pandemi Covid-19.
RK menerangkan persentase penurunan pertumbuhan ekonomi kedua sektor hanya 0,9 persen dari 4,1 persen. Sementara sektor yang paling terdampak perekonomiannya oleh pandemi Covid-19 yakni sektor jasa dan manufaktur dengan penurunan menjadi 2,4 persen dari sebelumnya 7,2 persen.
"Sektor pangan dan pertanian terkoreksinya tidak terlalu besar, hanya turun 0,9 persen," ujar RK dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jumat (19/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang kerap disapa Emil ini mengatakan Pemprov Jabar akan memaksimalkan sektor pertanian dan ketahanan pangan sebagai salah satu unggulan di masa depan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Ia menargetkan Jabar bisa swasembada dengan mengurangi impor secara bertahap. Kemudian, perdagangan antar daerah juga akan lebih dikendalikan dengan tidak bergantung pada mekanisme pasar.
"Ketahanan pangan ini juga berpengaruh terhadap inflasi yang kuncinya adalah jaminan pasokan dan mata rantai diperbaiki. Jangan sampai orang Bogor beli telur di Jakarta padahal telurnya berasal dari Sukabumi," ucapnya.
Menurutnya pertanian adalah zona ekonomi yang paling tangguh terhadap interupsi Covid-19. Dari sisi epidemiologi, faktor penguat lain virus itu mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk.
"Ada kerumunan, di situ ada Covid-19. Jauh dari kerumunan, jauh juga dari Covid-19. Maka kota lebih banyak kasusnya dibandingkan kabupaten," tuturnya.
Selain tahap produksi yang memanfaatkan teknologi digital, ia menuturkan aspek pemasaran dan pengembangan pangan juga bergeser ke arah digitalisasi.
Ia menyebut sejumlah sektor perikanan dan pertanian di Jabar sudah memanfaatkan aplikasi digital yang berdampak pada meningkatnya hasil penjualan.
"Go digital sudah kami lakukan termasuk memberdayakan pesantren sebagai ujung tombak penjualan yang juga dengan memanfaatkan digital," ungkapnya.
Sementara terkait pemanfaatan lahan perkebunan, Jabar kini memiliki aplikasi Sistem Informasi Peta Peruntukan Lahan Perkebunan yang disebut Si Perut Laper. Aplikasi ini sangat membantu para petani terkait produk perkebunan yang cocok untuk ditanam.
"Lahan di Jabar masih luas, tapi warga masih bingung menanam apa? Maka harus ada database, jadi kita punya aplikasi Si Perut Laper yang bisa mengkonversi tanah dengan market (pasar) atau mengawinkan kebutuhan dengan kondisi geografis. Itulah salah satu reformasi yang sedang kita lakukan," katanya.
(hyg/evn)