Analisis Dahlan Iskan di 3 Proyek Kilang Raksasa Pertamina

CNN Indonesia
Senin, 22 Jun 2020 13:34 WIB
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/6). Dahlan Iskan diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi cetak sawah fiktif di Ketapang, Kalimantan Barat tahun 2012-2014. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz/15
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung taktik Pertamina dalam pendanaan pembangunan tiga proyek kilang besar di Indonesia. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung langkah PT Pertamina (Pertamina) tetap melanjutkan tiga proyek kilang besar di Cilacap, Balikpapan, dan Tuban. Padahal, investor asing yang menjadi mitra perseroan memutuskan untuk mundur.

Terakhir, raksasa minyak Saudi Aramco memutuskan mundur sebagai mitra Pertamina untuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap pada April lalu. Pembangunan proyek itu dilanjutkan oleh Pertamina secara mandiri sembari mencari mitra baru.

"Saya salut. Proyek kilang besar Pertamina ternyata tidak dihentikan. Khususnya yang di Balikpapan dan Cilacap, dan juga Tuban," ujar Dahlan melalui akun blog pribadi Disway, dikutip Senin (22/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dahlan mengungkapkan ketiga proyek kilang raksasa itu memang menelan biaya besar. Ia menaksir kebutuhan dana yang diperlukan untuk 3 proyek itu mencapai sekitar Rp450 triliun. Rinciannya, Kilang Balikpapan US$6,9 miliar, Kilang Cilacap US$8,5 miliar, dan Kilang Tuban US$15,7 miliar.

Namun, ia merasa tak khawatir proyek akan terhenti di tengah jalan karena dikerjakan mandiri oleh perseroan.

"Soal dana seperti itu sudah bukan masalah teknis. Itu sudah menyangkut taktik. Di level taktik ini yang berperan adalah ilmu entrepreneurship (wirausaha). Bukan lagi level manajerial skill," ujarnya.

Dahlan mengibaratkan Pertamina sebagai perusahaan properti. Dalam hal ini, perusahaan properti tak harus memiliki uang Rp100 triliun untuk membangun proyek bernilai sama.

"Paling ia (perusahaan properti) baru punya izin lokasi. Ditambah uang untuk membebaskan secuil tanah. Yakni tanah yang di posisi-posisi kunci saja. Sekaligus untuk mengunci tanah di belakangnya," ujarnya.

Perusahaan properti berani menjajakan proyek properti ke konsumen padahal belum memiliki uang untuk membebaskan kekurangan tanah, mendirikan rumah, dan membangun infrastruktur pendukung.

"Kali ini termasuk Pertamina. Tiga proyek kilang itu tetap diteruskan. Dengan kemampuan dana internal yang ada," jelasnya.

Pertamina, menurut Dahlan, pasti tidak memiliki uang menganggur hingga ratusan triliun. Tetapi, menurut Dahlan, perseroan punya modal nama besar.

"Lewat nama besar Pertamina itu, kontraktor, dan pemasok masih percaya. Tagihan pasti akan dibayar. Meski kadang harus kapan-kapan," ujarnya.

Artinya, proyek tetap bisa jalan dengan dana pihak ketiga yaitu kontraktor dan pemasok. Sebagian lagi, kata Dahlan, dana berasal dari konsumen melalui pembelian BBM yang harganya lebih mahal dari seharusnya.

"Yang saya dukung adalah taktik entrepreneurship-nya di tiga proyek itu. Bukan soal harga jual yang dibuat kemahalan itu," ujarnya.

Taktik pendanaan entrepreneurial ala perseroan juga didukung oleh manajemen.

"Saya tahu di Pertamina ada dirut yang gigih. Di dalam struktur barunya pun ada direktur khusus untuk mega proyek," ujarnya.

Di jajaran komisaris, perseroan memiliki Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin yang pernah sukses menyelesaikan divestasi Freeport.

"Mungkin juga keberadaan Komut BTP (Basuki Tjahaja Purnama/ Ahok) ikut berperan di pemikiran entrepreneurial itu," duganya,

Pada saatnya, Dahlan memperkirakan investor akan datang setelah Pertamina mengerjakan proyek itu sampai tahap tertentu. Sebab, terlalu lama kalau tiga proyek itu sepenuhnya hanya mengandalkan dana pahlawan seperti kontraktor, pemasok, dan konsumen.

"Dalam perjalanan taktik seperti itu akan ada yang disebut "tahap mistis". Di tahap itulah akan terjadi --saya sebut saja-- "ledakan momentum"," terangnya.

Pada saat momentum meledak, jalan yang semula penuh lubang bisa berubah menjadi jalan tol. Momentum ini biasa dialami oleh pengusaha sukses.

Ketika tahap "ledakan momentum" itu terjadi, menurut Dahlan, saat itulah investor tiba-tiba datang sendiri. Bahkan, bisa rebutan dengan tawaran yang lebih baik dari investor lama.

"Di tiga proyek tersebut, Pertamina juga akan menemukan "ledakan momentum" itu. Kapan? Perkiraan saya, mungkin setelah proyek berjalan 30 persen. Atau 40 persen. Atau ketika baru berjalan 20 persen. Tidak ada ilmu pastinya," taksir Dahlan.

[Gambas:Video CNN]

Pertamina, sambung Dahlan, kelak bisa punya nilai tawar yang lebih baik. Perseroan dapat mengatakan kepada investor bahwa sudah keluar uang 30 persen meski 20 persen berasal dari kontraktor.

"Banyak misteri di dunia entrepreneur. Campur aduk di situ. Ada misteri malaikat. Ada misteri jin. Tentu ada juga setannya," pungkasnya.

(sfr/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER