Lembaga riset Morgan Stanley meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 1 persen pada 2020. Angka prediksi itu direvisi dari sebelumnya yang masih positif 1 persen.
Mengutip riset Morgan Stanley bertajuk Asia Economic Mid-Year Outlook, Selasa (23/6), ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 diprediksi minus hingga 5 persen. Kemudian, pertumbuhan ekonomi dalam negeri juga diyakini masih minus pada kuartal III dan IV 2020.
Detailnya, ekonomi kuartal III 2020 diproyeksi minus 1,5 persen dan kuartal IV 2020 minus 0,5 persen. Jika prediksi tersebut benar-benar terealisasi, maka ekonomi Indonesia resmi masuk ke jurang resesi pada 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Morgan Stanley mengelompokkan pemulihan ekonomi di beberapa negara di Asia. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok dua, di mana pemulihannya baru akan dimulai pada kuartal IV 2020.
Di sini, China menjadi negara yang diproyeksi bakal pulih pertama kali dibandingkan dengan negara lainnya. Setelah itu, disusul oleh Indonesia, India, Filipina, Korea, dan Taiwan. Negara lainnya yang ikut menyusul setelahnya, yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong.
Morgan Stanley menyatakan ada tiga faktor penting yang perlu diperhatikan dalam proses pemulihan ekonomi. Pertama, pemerintah masing-masing negara harus mengantisipasi negaranya menuju resesi.
Kedua, membuat kebijakan yang efektif dalam menangani pandemi virus corona dan konsekuensinya terhadap permintaan konsumsi masyarakat. Ketiga, sejauh mana masing-masing negara melakukan pelonggaran di ruang publik di era new normal.
"Grup satu adalah China yang pulih pertama, grup kedua ada India, Filipina, Indonesia, dan Taiwan yang diperkirakan pulih kuartal IV 2020 atau kuartal I 2021. Kemudian grup tiga adalah Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong yang diprediksi pulih kuartal II 2021," papar Morgan Stanley dalam risetnya.
Sementara, masing-masing pemerintah telah menyiapkan kebijakan stimulus untuk meminimalisir dampak penyebaran virus corona. Morgan Stanley menyatakan Indonesia perlu fokus dalam memperbaiki tingkat konsumsi masyarakat.
"Manajemen pemerintah Indonesia dalam menangani permintaan domestik lebih penting," tulis Morgan Stanley.