Investasi pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter sebesar US$3,76 miliar atau sekitar Rp53,4 triliun (kurs Rp14.112/dolar AS) yang ditargetkan tahun ini diprediksi mangkrak bila pandemi virus corona (covid-19) belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan hal tersebut disebabkan terkendalanya berbagai hal mulai dari kedatangan tenaga kerja ahli dari luar negeri hingga proses pendanaan.
"Kami lihat di sini, kami ambil saja skenario (covid-19 belum berakhir) sampai akhir tahun. Rencana investasi sekitar US$3,7 miliar akan bergeser ke tahun 2021," ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar BNPB, Selasa (23/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irwandy merinci total investasi tersebut terdiri dari pembangunan 52 smelter baik yang eksisting maupun on progress. Dari total tersebut 29 di antaranya merupakan smelter nikel, 9 smelter bauksit, 4 smelter besi, 4 smelter tembaga, 2 smelter mangan, dan 4 smelter timbal dan seng.
Namun demikian, jika pemerintah berhasil mengendalikan pandemi covid-19 hingga akhir kuartal II 2020, paling tidak realisasi investasi smelter bisa berjalan 50 persen dari rencana, yakni sekitar US$1,9 miliar.
Kemudian, lanjut Irwandy, pandemi covid-19 juga akan berpengaruh pada proyek smelter yang saat ini sedang on-progress atau dalam tahap pembangunan. Skenarionya, penyelesaian smelter akan molor ke tahun 2022 jika pandemi berakhir di bulan Juni.
Sementara jika akhir bulan ini kurva pandemi covid-19 belum turun dan berlanjut hingga akhir tahun, penyelesaian pembangunan smelter akan mundur lebih lama.
"Apabila mundur (berakhirnya covid-19) sampai akhir tahun, pembangunan smelter ini akan mundur sampai 2023," pungkasnya.