Studi: Daftar Sektor Usaha Rentan PHK Pekerja di Era Corona

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2020 19:53 WIB
Para pekerja perkantoran di DKI Jakarta mulai hari ini resmi beraktivitas lagi seiring kebijakan transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Karyawan yang bekerja di kantor hanya 50% saja dan sisanya tetap bekerja di rumah. (CNN Indonesia/ Safir Makki)
Hasil riset The SMERU Research Institute menyatakan ada enam sektor usaha yang rentan merumahkan dan melakukan PHK pada masa pandemi virus corona.Ilustrasi pekerja. (CNN Indonesia/ Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil riset The SMERU Research Institute menyatakan ada enam sektor usaha yang rentan merumahkan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja pada masa pandemi virus corona atau covid-19.

Enam sektor tersebut, yaitu penyedia akomodasi serta makanan dan minuman, perdagangan, transportasi dan pergudangan, konstruksi, industri pengolahan, serta jasa lainnya. 

"Sejumlah tenaga kerja terpaksa dirumahkan dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat terganggunya kegiatan operasional perusahaan yang terdampak krisis ini," ungkap riset seperti dikutip pada Rabu (24/6). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut hasil riset, tolak ukur kehilangan pekerjaan dari enam sektor tercermin dari rendahnya laju pertumbuhan masing-masing sektor pada kuartal I 2020. Data riset mencatat sektor konstruksi minus 6,92 persen, transportasi dan pergudangan minus 6,38 persen, serta penyedia akomodasi, makanan, dan minuman minus 3,54 persen.

Selanjutnya, pertumbuhan sektor perdagangan minus 1,38 persen, jasa lainnya minus 1,39 persen, dan industri pengolahan minus 1,17 persen. Padahal, serapan tenaga kerja dari masing-masing sektor tidak sedikit. 

Perdagangan misalnya, porsi tenaga kerja yang terserap mencapai 19 persen dari total pekerja di Indonesia. Sektor ini merupakan sektor usaha penyerap tenaga kerja terbesar kedua di Tanah Air setelah pertanian, kehutanan, dan perikanan. 


Selain dari sisi pertumbuhan sektor, potensi kehilangan pekerjaan juga tercermin dari jenis kelamin. Riset mengemukakan bahwa pekerja perempuan cenderung lebih mudah kehilangan pekerjaan daripada laki-laki. Sementara porsi serap tenaga kerja di sektor usaha industri pengolahan mencapai 14,88 persen atau ketiga terbesar di Indonesia. Lalu, porsi tenaga kerja sektor penyedia akomodasi, makanan, dan minuman 6,69 persen, konstruksi 6,65 persen, transportasi dan pergudangan 4,36 persen, dan jasa lainnya 4,09 persen. 

Kebetulan, usaha penyedia akomodasi, makanan, dan minuman didominasi oleh pekerja perempuan. "Sehingga peluang perempuan di-PHK atau dirumahkan pun cukup besar," terang riset. 

Rentan Jatuh Miskin

Lebih lanjut, riset juga melihat bila pekerja sudah kehilangan pekerjaan maka hal selanjutnya akan membuat mereka memiliki kerentanan jatuh miskin yang lebih tinggi dari pekerja di sektor lain. Riset menyatakan pekerja di sektor usaha penyedia akomodasi serta makanan dan minuman, perdagangan, transportasi dan pergudangan, industri pengolahan, serta jasa lainnya umumnya diisi oleh pekerja dari kelas menengah rentan. 

Sebab, setengah pekerja dari sektor ini didominasi oleh mereka yang baru bekerja, sehingga cenderung memiliki jumlah tabungan yang terbatas.

"Jika krisis berkepanjangan, ada kemungkinan tabungan mereka habis. Hal ini tentunya akan meningkatkan kerentanan tenaga kerja dari kelompok menengah," jelas riset. 

Selain itu, pekerja dari kelompok menengah biasanya tidak menjadi penerima bantuan sosial (bansos) dari pemerintah, sehingga tidak punya bantalan ketika tertekan. Maka dari itu, kerentanan pada pekerja dari kelompok menengah dan sektor-sektor usaha ini cukup besar. 

Kemudian, para pekerja di sektor-sektor ini umumnya berusaha secara informal. Pekerja informal sejatinya punya kelebihan mudah beradaptasi dengan perubahan kondisi. 

Sayangnya, para pekerja informal umumnya terbatas aksesnya ke program perlindungan sosial. Misalnya, insentif pungutan pajak kepada pegawai umumnya diberikan ke pekerja formal. 

Terakhir, ekonomi para pekerja di enam sektor rentan jatuh karena didominasi oleh mereka yang memiliki pendidikan rendah, yaitu antara sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA). Padahal tingkat pendidikan yang rendah akan membuat masyarakat sulit direkrut pada masa berikutnya. 

Sebab, biasanya kompetensi kerja semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini membuat peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru terhambat. 

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER