RI Siap Buka Keran Ekspor Masker dan APD

CNN Indonesia
Kamis, 25 Jun 2020 19:02 WIB
Pekerja membuat pakaian alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pakaian APD tersebut dijual Rp45.000 untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp75.000 untuk pakaian yang bisa dicuci. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, terjadi surplus produksi masker sampai Desember sebanyak 1,96 miliar buah, dan 377,7 juta masker kain. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan RI siap kembali meng-ekspor produk masker dan alat pelindung diri (APD) karena produksi untuk kebutuhan dalam negeri surplus.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perindustrian, diperkirakan terjadi surplus produksi sampai Desember 2020 sekitar 1,96 miliar buah untuk masker bedah. Kemudian, 377,7 juta buah masker kain.

"Industri kami sekarang memiliki kapasitas memproduksi hingga 390 juta masker wajah dan 4,5 miliar pieces (potong) masker bedah per tahun untuk memenuhi perkiraan konsumsi domestik per tahun 172 juta," ujarnya dalam video conference, Kamis (25/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, ada sebanyak 13,2 juta buah pakaian bedah (gown/surgical gown), dan 356,6 juta buah untuk pakaian pelindung medis (coverall) atau APD. "Industri kami juga telah mampu memproduksi secara massal APD hingga 648 juta pcs per tahun untuk memenuhi konsumsi domestik," tuturnya.

Oleh karena itu, Agus menyampaikan saat ini ada 60 produsen (APD) lokal yang sedang menunggu sertifikasi agar produknya memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan bisa diekspor.

Salah satu parameter uji yang dipersyaratkan adalah pengukuran terhadap resistensi kain terhadap penetrasi cairan (water impact) menggunakan metode uji American Association of Textile Chemists and Colorists Testing Method (AATCC-TM) 42:2017.

Tujuan metode uji tersebut adalah untuk mengukur ketahanan kain terhadap penetrasi air, untuk lingkup kain yang sudah maupun belum diberikan zat penyempurnaan khusus, seperti water repellent.

"Beberapa produk hazmat kami telah dites dan melewati standar AATCC. Saat ini 60 produsen dalam negeri telah disertifikasi karena mereka bersiap untuk mengekspor dan memenuhi permintaan global," imbuhnya.

Lebih lanjut, Kemenperin juga menargetkan substitusi impor 35 persen untuk industri farmasi bisa terpenuhi di tahun 2020. Pasalnya, hampir 95 persen industri farmasi di Indonesia bergerak di sektor hilir dan menghabiskan sekitar 712 juta dolar per tahun untuk mengimpor bahan baku dari luar negeri.

"Kami bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan dan peraturan dan membangun ekosistem kondusif yang memungkinkan Indonesia untuk mandiri, menuju new normal kami bertujuan untuk mencapai 35 persen dari substitusi impor pada akhir 2020," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER