Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan mayoritas warga menganggap kondisi ekonomi rumah tangga saat ini jauh lebih buruk dibandingkan sebelum ada pandemi virus corona. Hal ini merupakan jawaban mayoritas responden atas survei yang dilakukan oleh SMRC pada 18-20 Juni 2020.
Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando mengungkapkan 71 persen dari 1.978 responden menyatakan ekonomi rumah tangga saat ini semakin memburuk akibat wabah corona. Hal ini terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah mengenai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk meminimalisir penularan virus corona.
"Yang mengatakan kondisi ekonomi rumah tangga sekarang lebih buruk dibandingkan dengan sebelum wabah sekitar 71 persen. Itu jauh lebih buruk dibandingkan dengan penilaian pada Maret 2020," ucap Ade dalam video conference, Kamis (25/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, 19 persen responden merasa kondisi ekonomi rumah tangga sama saja dengan sebelum ada virus corona. Kemudian, sisanya 9 persen merasa ekonomi rumah tangga lebih baik sekarang dan 1 persen responden memilih tak menjawab.
Banyaknya responden yang merasa ekonominya saat ini jauh lebih buruk dari sebelum ada virus corona karena jumlah pendapatan yang dikantongi sekarang merosot. Hasil survei menunjukkan 76 persen responden merasa pendapatannya turun.
Banyak warga yang pesimistis bahwa situasi ekonomi rumah tangga akan membaik meski pandemi virus corona sudah berakhir. Survei SMRC mencatat 45 persen responden memprediksi kondisi ekonomi mereka justru kian memburuk atau tak ada perubahan setelah wabah berakhir.
"Sekitar 46 persen responden menilai kondisi ekonomi rumah tangganya akan lebih baik setelah wabah virus corona berakhir," terang Ade.
Ade menuturkan 23 persen responden merasa ekonomi rumah tangga akan semakin memburuk dalam satu tahun ke depan. Kemudian, 18 persen responden memprediksi kondisi ekonomi rumah tangga tak berubah dan 44 persen responden optimistis akan jauh lebih baik dalam satu tahun ke depan.
"Optimisme dengan ekonomi rumah tangga dan nasional masih belum tinggi," imbuh Ade.
Sementara itu, 85 persen responden menganggap kondisi ekonomi nasional saat ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Sentimen utamanya berasal dari pandemi virus corona.
"Sentimen negatif pada kondisi ekonomi nasional pada masa covid-19 adalah yang tertinggi sejak awal reformasi," jelas Ade.
Situasi ini belum tentu akan membaik dalam waktu dekat. Setidaknya, 27,1 persen responden menilai ekonomi nasional tahun depan akan lebih buruk, sedangkan 20 persen merasa tak akan ada perubahan dan 34 persen optimistis ekonomi membaik tahun depan.
Di samping itu, hasil survei SMRC mengungkapkan sekitar 41 persen responden mengaku pernah menerima bantuan sosial (bansos) sembako yang diberikan oleh pemerintah di masa pandemi virus corona. Jumlahnya naik dari survei yang dilakukan pada Mei 2020 kemarin, yakni hanya 33 persen responden yang mengaku menerima bansos sembako.
Lalu, jumlah responden yang menerima bansos tunai juga naik dari 8 persen responden menjadi 16 persen responden. Kemudian, 84 persen warga mengaku tahu program bansos tunai.
Meski jumlah penerima naik, tapi 50 persen responden justru menilai penyaluran bansos tidak tepat sasaran. Dalam survei SMRC, hanya 43 persen responden yang menyebut penyaluran bansos tunai pemerintah sudah tepat sasaran.
Dari sisi BLT dana desa, terdapat 72 persen responden yang tahu program tersebut. Namun, hanya 13 persen responden yang menerima BLT dana desa.
"Di antara yang tahu program BLT dana desa sekitar 51 persen responden menilai program tersebut tidak tepat sasaran. Lalu yang menilai tepat sasaran 43 persen responden," kata Ade.
Selanjutnya, SMRC juga melakukan survei terkait kebijakan new normal yang diterapkan pemerintah pasca dihantam pandemi virus corona. Ade menuturkan 88 persen sampai 93 persen responden setuju dengan keputusan pemerintah dalam melonggarkan PSBB di era new normal.
"Mayoritas menginginkan kebijakan new normal diberlakukan saat ini," pungkas Ade.