Rapid Test Covid-19 Belum Berkontribusi Bagi Inflasi

CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2020 13:33 WIB
Warga melakukan rapid test dan swab di kawasan jalan Sudirman,  Jakarta Pusat.  Minggu (21/6/2020). CNN Indonesia/Andry Novelino
BPS mencatat biaya pemeriksaan kesehatan covid-19 rapid test belum meningkatkan pengeluaran konsumen pada Juli. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan biaya pemeriksaan kesehatan berupa rapid test di tengah pandemi virus corona atau covid-19 belum memberi sumbangan pada peningkatan pengeluaran konsumen alias inflasi pada Juni 2020.

Padahal, pemerintah mewajibkan hasil rapid test sebagai salah satu dokumen wajib yang harus dimiliki sebelum bepergian menggunakan moda transportasi publik. Biaya rapid test pun tidak terbilang murah.

"Kewajiban rapid test tidak mempengaruhi pada posisi Juni ini karena mungkin yang bepergian antar kota masih cukup sedikit," ujar Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers virtual, Rabu (1/7). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan pengeluaran masyarakat dari kelompok kesehatan sebenarnya mencatat inflasi sebesar 0,13 persen pada bulan lalu. Sumbangan inflasi berasal dari kenaikan harga obat-obatan dan produk kesehatan.

"Dengan covid-19, konsumsi obat-obatan dan produk kesehatan dalam rangka meningkatkan stamina tubuh itu naik. Itu yang menyebabkan inflasi tipis pada kesehatan," jelasnya. 

Namun secara menyeluruh, inflasi kesehatan tidak memberi andil pada inflasi nasional sebesar 0,18 persen secara bulanan pada Juni 2020. 

Begitu pula dengan dampak peningkatan mobilitas masyarakat di masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menuju tatanan hidup baru (new normal). Menurutnya, mobilitas masyarakat memang naik, namun tetap tidak memberi sumbangan inflasi. 

"Analisis big data menunjukkan peningkatan aktivitas masyarakat sejak pelonggaran PSBB, tapi untuk kembali normal seperti sebelum WFH mungkin masih butuh waktu," katanya. 

Sebab, kontribusi pengeluaran masyarakat di kelompok lain lebih besar, misalnya, andil terbesar dari bahan makanan. Tercatat, inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,47 persen dengan andil 0,12 persen. Sementara, andil inflasi kesehatan nol persen. 

"Inflasi disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras yang memberi andil 0,4 persen," imbuh dia.

Pada Juni 2020, inflasi secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) sebesar 1,09 persen. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,96 persen pada bulan lalu. 

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER