Bank Indonesia (BI) memprediksi Indonesia lepas dari jurang resesi. Pasalnya, sejumlah indikator yang menyumbang pertumbuhan ekonomi mulai menunjukkan perlambatan cenderung tertahan pada Mei.
Sebelumnya, resesi ekonomi adalah keadaan di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh negatif dalam dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.
"Gambaran ini memang too early (terlalu awal), tapi ini menggambarkan kita tidak menuju titik resesi seperti yang dikhawatirkan banyak orang," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dalam diskusi, Jumat (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan indeks ekspektasi ekonomi berada di posisi 105,9 pada Mei lalu. Menurutnya posisi tersebut pada titik landai dibandingkan pada Maret saat covid-19 muncul di Indonesia.
Lebih lanjut, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur juga menunjukkan perbaikan, meskipun masih kontraksi. Pada Mei PMI manufaktur di posisi minus 28,6, dari sebelumnya 27,5 di April. Indikator tersebut menunjukkan kegiatan manufaktur yang mempunyai porsi dominan pada Produk Domestik Bruto (PBD) sudah mulai bergerak.
"Angka PMI kita yang menggambarkan risiko investasi relatif perlambatannya tertahan. Ini menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur relatif sudah kembali gerak karena linked (berhubungan) dengan bukanya ekspor ke China," paparnya.
Menurut Dody pembukaan perdagangan China akan menjadi katalis positif bagi kinerja perdagangan Indonesia. Kondisi ini tampak dari peningkatan aktivitas pengapalan ekspor dan impor pada periode minggu kedua Juni yakni kurang lebih 85 kapal. Sebelumnya, aktivitas pengapalan ekspor impor di di Mei hanya sekitar 65 kapal.
"Ini gambaran yang kami lihat mudah-mudahan ini terus berlangsung, sehingga ada titik cerah dari dark tunnel (lorong gelap) di depan kita," katanya.
Selain itu, ia bilang aliran modal asing sudah mulai kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia. Pada periode minggu keempat Juni hingga awal Juni, tercatat modal asing yang masuk (inflow) sebesar Rp3,3 triliun. Meskipun, sejak awal tahun masih tercatat aliran modal keluar (outflow) sebesar Rp139,38 triliun.
"Kami perkirakan inflow ke depan masih besar sepanjang yield return yang ditawarkan Indonesia masih positif dan kondisi domestik baik," ucapnya.
Bank sentral sendiri memprediksi pertumbuhan ekonomi akhir tahun sebesar 0,9 persen-1,9 persen. Pada kuartal II, kata Dody, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi lebih buruk dibandingkan kuartal I 2020 yang tercatat 2,97 persen.