Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan telah membuka secara bertahap kegiatan ekonomi di Jabar hingga 70 persen. Salah satu tujuannya, mendorong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar bisa kembali melakukan kegiatan usahanya dengan baik.
Hal itu disampaikan Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, di webinar Nasional: UMKM Tangguh Ekonomi Tumbuh di Era Adaptasi Kebiasaan Baru 'New Normal New Hope' yang digelar oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jabar, Rabu (1/7).
"Ada sekitar 37 ribu UMKM yang terdampak (pandemi). Kami sedang melakukan lima upaya," kata Emil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, memudahkan hadirnya bahan baku yang sulit didapat saat pandemi. Kedua, memudahkan urusan permodalan. Ketiga, melancarkan produksi dan distribusi yang sempat terhambat selama pandemi. Keempat, menstimulasi untuk menaikkan daya beli. Terakhir, membantu menaikkan omzet penjualan.
Selain itu, pembukaan ekonomi di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) kini juga bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Jabar agar tetap positif.
"Pertumbuhan ekonomi semua daerah menurun dan Jawa Barat mencoba agar tidak turun minus di bawah nol. Kami berjuang agar ekonomi kita bisa tumbuh di atas nol walaupun turun dari angka lima persen saat 2019," tutur Emil.
Oleh karena itu, Emil pun meminta kepada para pelaku UMKM di Jabar agar bisa menyesuaikan diri dengan era disrupsi bidang teknologi digital. Misalnya, menggunakan sistem digital dalam ekosistem usahanya. Menurut Emil, ekosistem digital penting untuk memperkuat pemasaran UMKM.
"Kita boleh kaget dengan disrupsi, tapi siap tidak siap interupsi itu akan hadir, apakah oleh interupsi kesehatan, teknologi, atau sosial politik," katanya.
Emil pun berpesan, UMKM di Jawa Barat harus siap dan memiliki ketangguhan terhadap interupsi tadi. "Usai covid-19 ini akan menunjukkan siapa yang dekat dengan teknologi hidupnya lebih mudah dan yang jauh dari teknologi akan lebih sulit," ucapnya.
Untuk memulihkan ekonomi koperasi dan UMKM di Jabar, Pemprov Jabar juga sedang menyiapkan pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
"Jadi, nanti sumber pendanaan tidak hanya perbankan konvensional. Kami juga akan melakukan pembentukan BLUD sebagai pembiayaan dari dana pemerintah untuk memfasilitasi pembiayaan pemasaran (bagi koperasi dan UMKM)," kata Emil.
Sampai saat ini, Emil mengatakan pihaknya sudah melakukan program padat karya. Sebanyak 50 ribu warga Jabar dalam empat minggu terakhir terlibat dalam proyek-proyek padat karya untuk memulihkan penghasilan yang terdampak covid-19.
Di masa pandemi ini, Emil pun tidak memungkiri ada pergeseran perilaku konsumen yang muncul akibat keterbatasan pergerakan atau mobilitas karena kekhawatiran terhadap ancaman kesehatan.
Meski begitu, Emil mengatakan, hal itu bisa menjadi peluang usaha bagi para pelaku UMKM. Di antaranya pasar dan belanja online, bisnis dan jasa pengantaran barang, home service atau delivery, bisnis makanan beku, sekolah atau kursus online, produksi fashion baru berupa masker dan face shield, konsumsi jamu, herbal, rempah-rempah, halal product, solo travel, dan bisnis baru di produksi dan industri kesehatan.
"Selain itu, sektor pertanian juga menjadi sektor yang paling tangguh selama Covid-19. Jadi, peluang urusan makanan jika digabung dengan teknologi juga menjadi peluang bisnis yang besar untuk masa depan UMKM di Jawa Barat," kata Emil.