Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengeluhkan harga rapid test yang ditawarkan sejumlah pihak yang dinilainya masih mahal. Sebab, tingginya harga rapid test diyakini telah membuat minat penumpang untuk bepergian menggunakan pesawat makin rendah.
Ia mengatakan maskapai BUMN yang dibawahinya telah menyediakan fasilitas rapid test bagi penumpang. Fasilitas itu diperoleh dengan izin Kementerian Perhubungan atas pilihan manajemen terhadap mitra penyelenggara rapid test bagi penumpang.
Namun demikian, ia mengeluhkan tak semua penumpang dapat diakomodir, sehingga calon penumpang terpaksa melakukan rapid test secara mandiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Irfan, tidak ada pengaturan harga maksimal rapid test membuat layanan ini kerap sulit diakses masyarakat.
"Kami sungguh menyesalkan banyak orang kemudian menari di atas penderitaan kami hari ini, dengan menawarkan harga rapid test yang terlalu melambung," imbuhnya dalam rapat bersama Panja Pemulihan Pariwisata DPR, Selasa (7/7).
"Hari ini ada yang mengatakan (biaya) sudah Rp120 ribu, tapi ada yang bilang Rp80 ribu. Jadi, ini yang perlu terus menerus kami cari kenapa masih ada yang Rp350 ribu-Rp500 ribu," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengeluhkan mahalnya biaya rapid test dan meminta Kementerian Keuangan agar memberikan subsidi kepada masyarakat yang hendak melakukan perjalanan.
Usulan ini sebagai upaya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam menyelesaikan polemik kewajiban rapid test atau tes PCR untuk melakukan perjalanan ke luar kota.