Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartyanto memprediksi uang kas perseroan minus Rp3,4 triliun hingga akhir tahun ini akibat tekanan bisnis di era pandemi virus corona (covid-19).
Artinya, kantong kas perseroan bisa lebih kempes lagi apabila kekhawatiran kasus corona meningkat terjadi dan pandemi tak teratasi hingga Agustus 2020.
"Dari komponen arus kas, setelah efisiensi, kami memotong biaya operasional sampai 40 persen, sehingga akhir tahun kas operasional negatif Rp3,48 triliun," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komis VI DPR, Rabu (8/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Didiek mengatakan tekanan kas perseroan karena terbatasnya operasional di era pandemi corona. Selain itu, dalam operasional yang terbatas, manajemen harus menerapkan prinsip jaga jarak (physical distancing). Kebijakan ini berakibat pada turunnya okupansi (keterisian) kursi penumpang.
Hal itu tercermin dalam pendapatan harian perseroan yang turun drastis hingga minus 87 persen dibandingkan rata-rata pendapatan harian pada kondisi normal, yakni dari Rp23 miliar per hari menjadi hanya Rp3 miliar per hari pada Mei 2020.
Sementara, untuk volumenya, penurunan terjadi sebesar 78 persen dari rata-rata 1,1 juta penumpang per hari pada keadaan normal menjadi hanya 239 ribu penumpang per hari pada akhir Mei 2020.
Menurut Didiek, tren negatif kas operasional perseroan mulai tampak pada Maret 2020, yaitu sebesar minus Rp693 miliar. Diikuti April minus Rp811 miliar dan minus Rp414 miliar pada Mei.
Untuk Juni, ia memproyeksi kas operasional minus Rp574 miliar. Lalu, Juli minus Rp601 miliar, dan Agustus minus Rp487 miliar.
Selanjutnya, untuk September kas operasional perusahaan BUMN ini disebutnya masih akan negatif sebesar Rp490 miliar dan Oktober minus Rp234 miliar.
Namun, ia memprediksi pada November pendapatan berbalik positif Rp52 miliar dan kembali negatif Rp18 miliar pada Desember mendatang.
Berdasarkan hitung-hitungan manajemen, KAI membutuhkan pendanaan sebesar Rp3,5 triliun untuk menjaga likuiditas perusahaan.
"Setelah melakukan efisiensi arus kas skenario covid-19, kami masih membutuhkan dana Rp3,5 triliun untuk menjaga arus kas operasional agar positif pada 2020,"
Dana bantuan likuiditas dari pemerintah disebut akan digunakan untuk biaya perawatan sarana perkeretaapian sebesar Rp680 miliar, perawatan prasarana termasuk bangunan Rp740 miliar.
Kemudian, pemenuhan biaya pegawai Rp1,25 triliun, biaya bahan bakar Rp550 miliar, dan operasional pendukung lainnya sebesar Rp280 miliar.