KAI Prediksi Kas Minus Rp3,4 T karena Corona

CNN Indonesia
Rabu, 08 Jul 2020 12:56 WIB
Suasana di dalam Kereta Api (KA) Sancaka relasi Surabaya-Yogyakarta saat transit di Stasiun KA Madiun, Jawa Timur, Senin (20/4/2020). PT KAI mulai 21 April hingga 30 April membatalkan dua perjalanan KA Sancaka relasi Surabaya-Yogyakarta dan sebaliknya karena alasan sepi penumpang, berdasarkan sumber di PT KAI Daerah Operasi (Daop) 7 Madiun jumlah penumpang harian yang naik dan turun di stasiun wilayah Daop 7 lebih dari 20 ribu penumpang  saat ini turun menjadi dua ribu penumpang akibat pendemi COVID-19. ANTARA FOTO/Siswowidodo/hp.
PT KAI (Persero) memprediksi uang kas perseroan minus Rp3,4 triliun, dengan skenario biaya operasional dipangkas hingga 40 persen. (ANTARA FOTO/Siswowidodo).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartyanto memprediksi uang kas perseroan minus Rp3,4 triliun hingga akhir tahun ini akibat tekanan bisnis di era pandemi virus corona (covid-19).

Artinya, kantong kas perseroan bisa lebih kempes lagi apabila kekhawatiran kasus corona meningkat terjadi dan pandemi tak teratasi hingga Agustus 2020.

"Dari komponen arus kas, setelah efisiensi, kami memotong biaya operasional sampai 40 persen, sehingga akhir tahun kas operasional negatif Rp3,48 triliun," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komis VI DPR, Rabu (8/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Didiek mengatakan tekanan kas perseroan karena terbatasnya operasional di era pandemi corona. Selain itu, dalam operasional yang terbatas, manajemen harus menerapkan prinsip jaga jarak (physical distancing). Kebijakan ini berakibat pada turunnya okupansi (keterisian) kursi penumpang.

Hal itu tercermin dalam pendapatan harian perseroan yang turun drastis hingga minus 87 persen dibandingkan rata-rata pendapatan harian pada kondisi normal, yakni dari Rp23 miliar per hari menjadi hanya Rp3 miliar per hari pada Mei 2020.

Sementara, untuk volumenya, penurunan terjadi sebesar 78 persen dari rata-rata 1,1 juta penumpang per hari pada keadaan normal menjadi hanya 239 ribu penumpang per hari pada akhir Mei 2020.

Menurut Didiek, tren negatif kas operasional perseroan mulai tampak pada Maret 2020, yaitu sebesar minus Rp693 miliar. Diikuti April minus Rp811 miliar dan minus Rp414 miliar pada Mei.


Untuk Juni, ia memproyeksi kas operasional minus Rp574 miliar. Lalu, Juli minus Rp601 miliar, dan Agustus minus Rp487 miliar.


Selanjutnya, untuk September kas operasional perusahaan BUMN ini disebutnya masih akan negatif sebesar Rp490 miliar dan Oktober minus Rp234 miliar.

Namun, ia memprediksi pada November pendapatan berbalik positif Rp52 miliar dan kembali negatif Rp18 miliar pada Desember mendatang.


Berdasarkan hitung-hitungan manajemen, KAI membutuhkan pendanaan sebesar Rp3,5 triliun untuk menjaga likuiditas perusahaan.

"Setelah melakukan efisiensi arus kas skenario covid-19, kami masih membutuhkan dana Rp3,5 triliun untuk menjaga arus kas operasional agar positif pada 2020,"

Dana bantuan likuiditas dari pemerintah disebut akan digunakan untuk biaya perawatan sarana perkeretaapian sebesar Rp680 miliar, perawatan prasarana termasuk bangunan Rp740 miliar.

Kemudian, pemenuhan biaya pegawai Rp1,25 triliun, biaya bahan bakar Rp550 miliar, dan operasional pendukung lainnya sebesar Rp280 miliar. 

[Gambas:Video CNN]



(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER