Melihat Niat Jack Ma dan Dirut BCA Jual Saham di Era Corona

CNN Indonesia
Selasa, 14 Jul 2020 17:02 WIB
Pendiri Alibaba Jack Ma menjadi pembicara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Forum diskusi tersebut membahas Disrupting Development: How digital platforms and innovation are changing the future of developing nations. ANTARA FOTO/ ICom/AM IMF-WBG/M Agung Rajasa/hp/2018.
Pendiri Alibaba Jack Ma menjual kepemilikan sahamnya. Pekan lalu, lima direksi BCA juga menjual sahamnya. Penjualan saham dilakukan di era corona. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pendiri Alibaba Jack Ma melepas sebagian kepemilikan sahamnya di Alibaba dari 6,2 persen menjadi hanya 4,2 persen. Penjualan saham dilakukan setelah harga saham perusahaan melonjak sekitar 50 persen.

Alibaba tak mempublikasikan berapa harga saham Alibaba saat Ma menjual sebagian sahamnya tersebut. Perusahaan juga tak merinci kapan Ma melakukan transaksi.

Diketahui, Alibaba saat ini menguasai seperenam dari total penjualan seluruh ritel di China. Ma sendiri memutuskan mundur dari posisinya sebagai ketua eksekutif perusahaan tahun lalu saat usia genap 55  tahun. Keputusan itu diambil karena dia ingin mencurahkan waktunya untuk kegiatan filantropi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, CEO Alibaba Daniel Zhang masih yakin keuangan perusahaan akan terus membaik meski kasus penularan pandemi virus corona masih meningkat. Ia percaya kenormalan baru (new normal) baru akan membuat perusahaan bertahan.

"Kami percaya ada normal baru yang akan tetap bertahan bahkan setelah pandemi berakhir," ucap Zhang, dikutip dari CNN Business, Selasa (14/7).

Tak hanya Ma yang menjual kepemilikan sahamnya di tengah corona, direksi PT Bank Central Asia (Tbk) atau BCA juga kompak melakukan transaksi jual saham. Totalnya mencapai Rp20,24 miliar.

Bila dirinci, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menjual sahamnya senilai Rp3,1 miliar, Direktur BCA Rudy Susanto Rp6,2 miliar, Direktur BCA Henry Koenaify Rp6,28 miliar, Direktur BCA Lianawaty Suwono Rp3,1 miliar, dan Direktur Independen BCA Erwan Yuris Ang Rp1,56 miliar.

Jahja menyatakan penjualan saham yang dilakukannya merupakan aksi jual biasa. Ia menyebutnya sebagai diversifikasi portofolio investasi semata.

"Ini cuma aksi jual saham biasa saja. Ini karena yang menjual direksi, jadi perhatian. Saya lepas saham Rp10 ribu juga mungkin orang bertanya. Tidak ada yang istimewa soal itu. Diversifikasi investasi saja," ucap Jahja.

RTI Infokom mencatat harga saham BCA sejak Januari hingga 14 Juli 2020 atau year to date (ytd) melemah 7,26 persen. Namun, dalam satu pekan terakhir menguat 7,64 persen.

Hari ini, saham BCA ditutup menguat tipis 0,4 persen ke level Rp31 ribu per saham. Saham BCA bergerak dalam kisaran Rp30.550 per saham hingga Rp31 ribu per saham.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyatakan apa yang dilakukan oleh direksi BCA tak akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sikap direksi BCA juga tak menggambarkan bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan buruk.

"Memang kalau direksi yang jual saham dan diumumkan ke publik akan terbangun spekulasi, apalagi kondisi sedang seperti ini. Tapi ini rasanya hanya jual beli saham saja. Jadi, beli saat rendah dan jual saat tinggi," kata Aviliani.

Ia menilai pasar masih percaya dengan kinerja BCA. Buktinya, harga saham perusahaan terus merangkak beberapa waktu terakhir.

Keyakinan pasar timbul karena BCA dianggap memiliki fundamental yang cukup baik. Fundamental perusahaan salah satunya bisa dilihat dari kinerja keuangan.

"BCA termasuk salah satu bank yang juga tengah memberikan restrukturisasi kredit mereka ke nasabah, tapi tidak ada indikasi kinerja bank akan melemah," tutur Aviliani.

Tercatat, BCA mengantongi laba bersih sebesar Rp6,1 triliun pada kuartal I 2020 atau naik 8,61 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba dipengaruhi oleh pendapatan operasional yang naik 17,3 persen menjadi Rp19,6 triliun. Terdiri dari pendapatan bunga bersih yang tumbuh 14,1 persen menjadi Rp13,7 triliun dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 25,5 persen menjadi Rp5,9 triliun.

Senada, Ekonom dari Perbanas Institute Piter Abdullah Redjalam meyakini penjualan saham direksi BCA tak akan mempengaruhi kinerja perusahaan ke depannya. Aksi jual saham itu hanya merupakan aksi ambil untung (profit taking) yang biasa dilakukan pelaku pasar ketika harga saham sedang tinggi-tingginya.

"Ini ambil untung saja, mereka pasti tahu kondisi BCA masih baik-baik saja dan harga saham lagi meningkat, jadi ambil untung saja. Saya lihat tidak ada alasan lain kecuali mereka ambil profit saja," ujar Piter.

Menurutnya, kondisi bisnis BCA menjadi yang terbaik di industri perbankan. Perusahaan juga jarang diberitakan negatif oleh publik.

Berdasarkan data perusahaan, BCA masih mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit di tengah pandemi virus corona. Penyaluran kredit BCA tumbuh sebesar 12,3 persen menjadi Rp612,2 triliun pada kuartal I 2020.

Kenaikan kredit ditopang oleh kredit korporasi yang naik 25,4 persen jadi Rp260,4 triliun, kredit komersial dan UKM tumbuh 5 persen menjadi Rp191,2 triliun, dan kredit konsumer meningkat 3 persen menjadi Rp154,9 triliun.

Kualitas kredit bank cukup terjaga. Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang sebesar 1,6 persen pada kuartal I 2020 atau di bawah batas industri 3 persen.

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER