Pemerintah menangkap sinyal dana Warga Negara Indonesia (WNI) di Singapura 'pulang kampung' ke Tanah Air karena resesi ekonomi terjadi di Negeri Singa itu. Hal itu bisa terjadi bila Indonesia mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Seperti diketahui, Singapura merupakan salah satu negara tujuan dari investasi dan penyimpanan dana-dana pengusaha nasional. Bahkan, laporan Panama Papers menyatakan Singapura masuk dalam daftar 'surga pajak' di dunia.
"Jika Singapura mengalami resesi lebih lama atau permanen dan ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi, kemungkinan capital inflow dari WNI bisa saja terjadi," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Iskandar belum bisa memperkirakan seberapa besar dana yang bisa masuk ke Indonesia ketika Singapura resesi. Begitu juga dengan jangka waktu dana-dana tersebut bertahan di dalam negeri.
Namun, Iskandar melihat peluang Indonesia untuk mempertahankan dana-dana tersebut ada. Syaratnya, iklim investasi terjaga dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dipercepat.
"Kalau RUU Cipta Kerja tahun ini (selesai dan diundangkan), investasi yang permanen dapat meningkat karena permasalahan kita adalah iklim usaha yang perlu perbaikan," ujarnya.
Di sisi lain, ia mengatakan resesi ekonomi di Singapura sebenarnya bukan hal yang mengagetkan. Sebab, perekonomian negara tetangga itu memang sangat bergantung pada sektor perdagangan yang paling terkena dampak dari tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona atau covid-19.
"Apalagi kalau ekonomi dunia melemah berlangsung lama, pasti Singapura resesi," ucapnya.
Kendati begitu, ia menilai dampak resesi Singapura tidak akan memberi imbas besar ke perekonomian Indonesia. Sebab, Singapura selama ini hanya berperan sebagai perantara aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara lain.
Hal ini tak lepas dari peran Singapura sebagai hub logistik dari berbagai negara di dunia ke negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, hubungan ekonomi antara Indonesia dan Singapura terbilang cukup rendah.
Hal ini tercermin dari surplus perdagangan Indonesia sebesar US$390 juta dari Singapura pada Januari-Juni 2020. Nilai perdagangan antara Indonesia-Singapura masih kalah dari China, Amerika Serikat, dan Jepang.
Selain itu, Iskandar melihat dampak resesi ekonomi Singapura ke dalam negeri kecil karena Indonesia lebih mengandalkan konsumsi domestik. Pemerintah pun terus berusaha mengeluarkan berbagai kebijakan yang mampu meningkatkan konsumsi masyarakat.
"Pengalaman masa lalu menunjukkan ketika ekonomi Singapura mengalami kontraksi, ekonomi Indonesia tetap tumbuh tinggi, sehingga pengaruhnya kecil," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mengumumkan bahwa data awal pertumbuhan ekonomi mereka akan turun 41,2 persen pada kuartal II 2020 dari kuartal I 2020. Secara tahunan, ekonomi Singapura akan terkontraksi 12 persen.
Penurunan itu lebih dalam dibandingkan kuartal I 2020 yang minus 0,7 persen. Hal ini membuat Singapura menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang mengalami resesi.