G20 akan mengadakan pertemuan virtual yang dipandu oleh Arab Saudi, Sabtu (18/7). Pada pertemuan itu G20 akan membahas pemulihan ekonomi global dari resesi yang disebabkan pandemi virus corona.
G20 meminta sejumlah negara untuk memperluas pemutihan utang terhadap negara-negara miskin yang dilanda krisis. Selain itu, mereka juga mengingatkan utang yang tidak stabil pada negara-negara berkembang yang dilanda krisis.
"(para menteri keuangan dan bank sentral akan) Membahas prospek ekonomi global dan mengkoordinasikan tindakan kolektif untuk pemulihan ekonomi global yang berpotensi dan berkelanjutan," kata penyelenggara G20 di Riyadh seperti dilansir AFP, Sabtu (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan yang dipimpin Ketua G20 Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan ini digelar sehari setelah Uni Eropa mengadakan pertemuan tatap muka pertama dalam lima bulan. Pertemuan itu juga membahas pemulihan ekonomi pasca corona.
Meski ada tanda-tanda pemulihan, Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengingatkan ekonomi global akan menghadapi badai panjang. Termasuk peluang datangnya gelombang kedua Covid-19.
Bulan lalu IMF memperkirakan PDB global tahun ini akan kontraksi 4,9 persen selama lockdown ketimbang sebelumnya. Sehingga dikucurkan stimulus sebesar US$11 triliun yang ditawarkan negara G20 untuk membantu menekan dampak corona.
Selain itu, April lalu negara-negara G20 mengumumkan penghentian pembayaran utang selama satu tahun untuk negara-negara miskin. Namun sejumlah pegiat mengkritik tindakan itu karena dinilai tidak efektif mencegah dampak pandemi.
Sementara, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire akan meminta G20 untuk memperpanjang penangguhan pembayaran utang.
"Krisis ekonomi akan berlanjut pada 2021 di seluruh dunia. Prancis meminta kepada negara-negara G20 untuk perpanjang moratorium pembayaran utang agar negara-negara termiskin bisa mengatasi (krisis)," kata Le Maire.
Sejauh ini, sebanyak 41 dari 73 negara termiskin di dunia inisiatif mengajukan skors pembayaran utang ke G20. Berdasarkan lembaga amal Oxfam, Christian Aid, dan Global Justice Now penundaan pembayaran utan tersebut bisa menghemat hingga US$9 miliar sepanjang 2020
Namun, Direktur Eksekutif Oxfam Chema Vera, 73 negara masih diharuskan membayar utang mencapai US$33,7 miliar sampai akhir tahun ini.
"Ekonomi global terpukul lebih keras oleh virus corona dari prediski pada April lalu. Menteri Keuangan G20 memiliki mandat untuk mencegah bencana yang akan datang untuk ratusan juta orang," kata Vera.
Menurut Chema pembekuan selama delapan bulan pada utang bilateral saja tidak cukup untuk menahan dampak pandemi bagi negara-negara termiskin di dunia.