Instrumen investasi emas tengah menjadi perhatian publik saat ini. Sebab, harganya kian berkilau dari hari ke hari di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
Per hari ini, Selasa (28/7), harga emas yang dijual oleh PT Antam Tbk sudah mencapai Rp1,02 juta per gram atau naik Rp25 ribu dari Rp997 ribu per gram pada Senin (27/7). Begitu juga dengan harga beli dari Antam, naik Rp23 ribu menjadi Rp919 ribu per gram.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong menilai harga emas kian meroket karena pelaku pasar semakin khawatir dengan prospek ekonomi ke depan. Pasalnya, jumlah kasus virus corona terus bertambah dan mencetak rekor-rekor baru, sementara aktivitas ekonomi justru berpotensi tersendat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum lagi ada pengaruh dari hubungan AS-China, geopolitik di daerah lain, dan lainnya yang menambah ketidakpastian dan kekhawatiran untuk investasi di aset-aset berisiko, maka investor kini beralih ke aset safe haven, seperti emas," ungkap Lukman kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/7).
Nah, apa yang dimaksud dengan aset safe haven?
Aset safe haven adalah instrumen investasi yang tidak mudah terpengaruh gejolak di pasar keuangan. Selain itu, aset safe haven juga tidak memiliki indikator pengaruh yang banyak dari pasar keuangan itu sendiri.
Contohnya, ketika pandemi virus corona semakin menyebar, tentu aktivitas ekonomi tidak bisa berjalan, sehingga prospek ekonomi memburuk. Hal ini membuat pemerintah dan bank sentral di dunia 'panik' menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter, termasuk menurunkan tingkat suku bunga acuan dan kebijakan lain di pasar keuangan yang berdampak pada investor.
Lihat juga:4 Taktik Investasi saat Harga Emas Rp1 Juta |
Indikator memburuknya perekonomian ini, biasanya langsung mempengaruhi aset berisiko, seperti saham. Sebab, investor dan trader biasanya menggunakan pertimbangan prospek ekonomi untuk investasi.
Ketika prospek memburuk, maka mereka akan cenderung menahan diri untuk menambah investasi di saham. Bahkan, tidak jarang langsung memilih hengkang karena saham bisa diperjualbelikan dengan cepat.
Hal ini berbeda dengan emas. Emas biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh sentimen-sentimen yang datang dan pergi di luar instrumen seperti itu. Emas biasanya terpengaruh pada faktor fundamental, misalnya posisi cadangan emas dan perdagangan emas itu sendiri.
"Sebenarnya ada juga aset safe haven di kalangan mata uang, seperti dolar AS, franc Swiss, dan yen Jepang, tapi mereka juga masih terpengaruh kondisi oleh dinamika. Jadi diantara semuanya, emas yang lebih safe haven," katanya.
Lebih lanjut, emas juga dinilai bisa melindungi harganya dari pengaruh inflasi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sering kali membuat emas dianggap sebagai instrumen investasi di kala krisis.
"Memang emas cenderung naiknya ketika krisis, karena tidak perlu ambil risiko," imbuhnya.
Kemudian, emas dianggap safe haven karena pernah menjadi alat tukar menukar sebelum uang kertas dan uang logam digunakan masyarakat. Ini membuat emas punya kelebihan dari sisi sejarah.
"Sejarah ini juga memunculkan sejarah lain yang dipegang investor dari dulu sampai sekarang bahwa emas itu yang paling aman," tuturnya.
Terakhir, ada pula anggapan emas safe haven karena merupakan instrumen investasi yang berbentuk, misalnya emas fisik. Namun, perkembangan pasar keuangan sejatinya membuat emas kini ada pula yang tidak berbentuk seperti tabungan emas online.
"Mungkin ada yang anggap ada fisiknya jadi aman. Tapi sebenarnya fisik dan tidak fisik sama saja di emas, justru perputaran yang non fisik itu jauh lebih besar," terangnya.
Lukman pun meramalkan harga emas Antam masih akan terus meningkat dalam jangka pendek. Sebab, sentimen kekhawatiran yang membuat investor lari dari aset berisiko masih ada.
Misalnya, kasus virus corona yang masih tinggi dan pemulihan ekonomi yang paling cepat baru terlihat pada kuartal IV 2020 dan tahun depan. Dengan begitu, harga emas Antam pun masih punya peluang naik.
Proyeksinya, harga emas Antam masih bisa naik sekitar 10 persen sampai 20 persen dari sekarang. Artinya, harga emas Antam punya peluang menyentuh kisaran Rp1,1 juta sampai Rp1,2 juta per gram dalam jangka pendek.