Kementerian Ketenagakerjaan memastikan ratusan TKA China yang bekerja membangun smelter di Konawe, Sulawesi Tenggara, akan langsung kembali ke negara asalnya setelah proyek tersebut rampung.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Binapenta dan PKK Kemnaker Aris Wahyudi mengatakan mereka hanya dipekerjakan dalam waktu maksimal enam bulan.
"Mereka posisinya bangun pabrik, bukan produksi, pengolahan. Kalau pabriknya beroperasi, jadi, mereka balik kanan karena cuma enam bulan," ujarnya di kantor Kemnaker, Kamis (30/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aris juga memastikan bahwa seluruh TKA China yang dilibatkan dalam proyek merupakan tenaga ahli. Jumlah TKA yang tercatat sudah bekerja di proyek pun tak sampai 500 orang. Hal ini dikarenakan beberapa orang di antaranya yang tidak jadi berangkat.
"Kami enggak sampai mantau ke sana, tapi enggak sampai 500. Mereka ketika tidak jadi berangkat mereka mengajukan restitusi," ucap Aris.
Aris meminta masyarakat tak berpolemik terkait isu TKA asal China untuk proyek-proyek industri di Indonesia. Pasalnya, sambung dia, penggunaan TKA China juga membuka peluang bagi penciptaan lapangan kerja baru.
PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), lanjut Aris, akan merekrut 5.000 tenaga kerja lokal setelah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Sebanyak 5.000 tenaga kerja lokal tersebut nantinya tak hanya ditempatkan di VDNI melainkan juga PT Obsidian Stainless Steel (OSS) yang berada Kawasan Industri Morosi.
Ada tujuh pembagian zonasi/klaster yang akan diterapkan dalam perekrutan 5.000 tenaga kerja lokal tersebut yang bertujuan memastikan pemerataan karyawan yang direkrut berasal dari semua wilayah di sekitar perusahaan.
"Dengan kehadiran sekitar 500 orang itu kan akan menghadirkan 5.000 tenaga kerja baru, sudah ada MoU sama Bupati. Jadi ini poin yang ingin kami sampaikan," terang Aris.