Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 atau selama April-Juni lalu. Hasilnya, ekonomi terkontraksi hingga minus 5,32 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY) dan minus 4,19 persen secara kuartalan.
Hal ini terjadi karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang selama ini menopang ekonomi nasional minus 2,96 persen. Padahal, konsumsi rumah tangga masih tumbuh 2,78 persen pada kuartal II 2019 dan 2,97 persen pada kuartal I 2020.
Begitu pula dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, yaitu minus 2,73 persen pada kuartal II 2020. Sementara konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 0,1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Realisasi pertumbuhan ekonomi ini meleset dari beberapa proyeksi yang sempat disampaikan pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pernah memperkirakan ekonomi Indonesia hanya terkontraksi sekitar minus 3,4 persen pada kuartal II 2020.
Namun proyeksinya, pertumbuhan negatif akan berlanjut ke kuartal III 2020, yaitu berada di kisaran minus 1 persen. "Di kuartal kedua (diperkirakan) minus 3,4 persen, kuartal ketiga minimal kita bisa naik (dengan proyeksi minus 1 persen)," ujar Airlangga, beberapa waktu lalu.
Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mempunyai proyeksi yang jauh lebih buruk, yaitu ekonomi minus 4,3 persen pada kuartal II 2020. Proyeksinya sudah jauh lebih tinggi, namun tetap meleset dari realisasi yang baru saja diumumkan BPS.
Kendati begitu, berbeda dengan Airlangga, bendahara negara masih punya optimisme yang lebih tinggi pada pertumbuhan ekonomi kuartal III. Proyeksinya, ekonomi bisa kembali positif, meski hanya tumbuh 0,4 persen.
"Maka kondisi ekonomi kita keseluruhan setahun (2020) masih berada di zona positif," ucap Sri Mulyani.
Di luar pemerintah, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional juga jauh lebih rendah dari estimasi Bank Indonesia (BI) sebesar minus 4 persen secara tahunan. Sebelumnya, bank sentral nasional memperkirakan ekonomi berada diasumsi itu karena turunnya kegiatan masyarakat selama pandemi virus corona.
"Kami melihat penurunan kegiatan ekonomi di Indonesia, terjadi kontraksi khususnya April dan Mei 2020," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Namun, BI mengaku masih optimis bila pertumbuhan ekonomi akan membaik pada kuartal III 2020. Sebab, pemerintah sudah mulai melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah.
"Ekonomi akan membaik pada kuartal III 2020. Ini juga dibantu dengan stimulus fiskal pemerintah," pungkasnya.