Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap kuat di tengah pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen secara year-on-year (yoy).
Meski pertumbuhan lebih buruk dari yang diproyeksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani yakni 4,3 persen, namun IHSG bergerak hijau di papan perdagangan Rabu (5/8).
RTI Infokom mencatat, pada pembukaan sesi II perdagangan, indeks menukik dengan rentang 0,8 persen atau naik 41 poin ke level 5.115. IHSG pagi ini dibuka di posisi 5.075 dengan posisi terendah di level 5.059.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tampaknya investor asing angkat kaki usai rilis data PDB, tercermin dari catatan jual bersih asing senilai Rp323,72 miliar pada pukul 14.00 WIB.
Hingga Rabu siang, terpantau sebanyak 7,32 miliar saham diperdagangkan dengan jumlah transaksi sebesar Rp6,3 triliun. Sebanyak 205 saham melemah, 204 saham menguat dan 147 saham jalan di tempat.
Terpantau, industri farmasi memimpin penguatan dengan nominasi saham BUMN seperti KAEF yang melonjak 19,3 persen dan INAF terbang 18,42 persen. Sementara saham farmasi swasta seperti KLBF juga menikmati pertumbuhan meski tak signifikan yakni 2,22 persen.
Direktur Equity dan Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya meramal indeks dapat bergerak hijau sepanjang perdagangan. Pasalnya, penjualan sebagian oleh investor telah dilakukan pada perdagangan Senin (3/8) lalu, di mana IHSG tercatat terkoreksi 2,78 persen.
Selain itu, Bernard menilai koreksi yang terjadi tak meleset terlalu jauh dari konsensus. Namun, ia memperingatkan investor untuk waspada jika indeks jatuh ke level psikologis rentang 5.100-5.150.
"Menurut saya akan bertahan hijau, karena tidak terlalu jauh dari konsensus dan pasar sudah price in duluan di mana Senin kemarin koreksi lumayan dalam hingga 2,78 persen," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Sektor konstruksi, lanjutnya, akan diuntungkan karena sudah koreksi lumayan dalam. Selain itu, industri perbankan juga diperkirakan mampu memimpin laju IHSG karena capaian kuartal III 2020 tidak akan seburuk kuartal II.
Dia menyarankan untuk membeli saham di industri yang tidak terdampak pandemi dan bervaluasi murah, seperti sektor telekomunikasi, konsumer, dan farmasi.