Resesi atau keadaan di mana pertumbuhan ekonomi terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut mengintai Indonesia. Ini merupakan resesi ekonomi pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir.
Tercatat, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 minus hingga 5,32 persen. Jika kembali mencetak kontraksi pada kuartal selanjutnya, dipastikan RI mencetak sejarah resesi baru.
Resesi di bawah kepemimpinan mantan presiden Soeharto atau saat krisis moneter bermula dari pertumbuhan ekonomi RI yang minus selama dua kuartal berturut-turut pada 1997 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemicu saat itu ialah krisis keuangan negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara dan Asia Timur. Kontraksi berlanjut pada 1998. Tak tanggung-tanggung, resesi berlangsung selama 9 bulan atau tiga kuartal sekaligus. Ini mengakibatkan RI memasuki masa depresi.
Kemampuan pemerintah menangani depresi kian mengkhawatirkan, puncaknya saat rupiah terus melemah. Kala itu, nilai nominalnya rontok hingga 80 persen. Rupiah menembus level Rp16 ribu per dolar AS dari nominal normalnya di level Rp9.000 per dolar AS.
Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah kian tipis hingga berujung pada aksi demonstrasi. Krisis ekonomi yang memicu krisis politik tersebut akhirnya menurunkan pucuk kepemimpinan Soeharto dari kekuasaannya sejak 1965.
Keuangan negara tidak lagi mampu menopang kebutuhan dalam negeri, akhirnya utang luar negeri pun diambil. Dengan lemahnya mata uang rupiah saat itu, utang negara pun naik berkali-kali lipat.
Secara total, tercatat utang pada Maret 1998 sebesar US$138 miliar, utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dalam bentuk devisa negara, utang BUMN, dan utang swasta.
Kala itu, berbagai perusahaan menyatakan bangkrut, pemutusan hubungan kerja (PHK) marak terjadi melipatgandakan tingkat pengangguran menjadi 20 persen. Harga barang pun ikut melonjak, diikuti oleh bertambahnya masyarakat miskin.
Berselang 10 tahun setelahnya, pada 2008, Indonesia mendapat tekanan dari ekonomi dunia.
Memang, tak separah krisis 1998, namun krisis menghantam rupiah dan pasar keuangan dalam negeri. Indonesia sebagai negara yang menerima aliran deras dana investor asing keok akibat ditariknya investasi asing dari RI.
Pasar modal sempat jatuh hingga 55 persen dari posisinya pada Desember 2007, yaitu 2.746 menjadi 1.242 pada November 2008.
Lihat juga:Sri Mulyani Bantah Indonesia Resesi Teknikal |
Meski dampaknya terhadap sektor keuangan cukup berat, namun pertumbuhan ekonomi masih positif di level 4 persen pada 2009, turun dari perolehan 2008, yaitu di atas 6 persen.
Kini, Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) belum sempat mewujudkan berbagai mimpinya dari memindahkan ibu kota negara hingga mengantarkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045 mendatang, ancaman resesi kembali datang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan RI mampu lolos dari jerat resesi dengan mencetak pertumbuhan ekonomi positif pada 2020.
Ia optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 dapat bangkit (rebound) positif sebesar 0,4 persen dan diikuti pertumbuhan sebesar 2 persen hingga 3 persen pada kuartal IV 2020.
Sehingga, rata-rata pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 masih di atas nol persen. "Kondisi ekonomi kita keseluruhan setahun (2020) masih berada di zona positif," katanya beberapa waktu lalu.