Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan mulai meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap perkembangan yang ada belakangan ini walaupun stabilitas ekonomi dan sistem keuangan RI dalam kondisi normal di tengah tekanan virus corona.
Hal itu dilakukan karena penyebaran virus corona telah menimbulkan tekanan yang kuat bagi ekonomi global dan nasional.
Selain itu, peningkatan kewaspadaan juga dilakukan karena hingga saat ini virus corona belum bisa ditangani dengan baik. Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut masalah tersebut telah menimbulkan ketidakpastian yang tinggi bagi dinamika ekonomi nasional dan global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berbagai lembaga ekonomi global sudah koreksi pertumbuhan global sangat tajam. IMF perkirakan ekonomi global akan terkontraksi 4,9 persen, Bank Dunia juga lakukan koreksi pertumbuhan global menjadi minus 5,2 persen untuk 2020, OECD memberikan proyeksi minus 7,6 persen- minus 6 persen. Ini diakibatkan ketidakpastian apakah akan ada gelombang kedua pandemi," katanya Rabu (5/8).
Sri Mulyani mengatakan ketidakpastian dan tekanan virus corona sudah sangat dirasakan oleh ekonomi RI. Tekanan tercermin dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri dua kuartal belakangan ini.
Pada kuartal I 2020, ekonomi dalam negeri anjlok dari level 5 persen ke 2,97 persen. Pada kuartal II 2020, ekonomi bahkan minus 5,32 persen.
Ia mengatakan tekanan tersebut merupakan imbas dari penurunan ekonomi China yang kuartal I lalu minus 6,8 persen. "Itu tentu pengaruhi ekonomi Indonesia yang menjadi mitra dagang dan investasi," katanya.
Ia menambahkan untuk menjaga kewaspadaan tersebut, otoritas fiskal dan moneter di dalam negeri selalu memperhatikan dinamika dan potensi dampak virus corona ke sistem keuangan.
"Kami terus lakukan di forum KSSK, selain analisa, kami sama-sama terus formulasikan kebijakan untuk bisa meminimalisir dampak Covid-19 terhadap kegiatan ekonomi dan sektor keuangan," katanya.