Kementerian Pertanian menyebut sejumlah negara eksportir beras dan gandum menahan pasokan mereka di tengah pandemi virus corona (covid-19). Hal itu dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan di negara masing-masing.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementan Dedi Nursyamsi menuturkan sejumlah negara eksportir pangan khawatir terhadap ketidakpastian kapan pandemi covid-19 akan berakhir.
"Negara yang ekspor beras, seperti Thailand dan Myanmar, menahan berasnya tidak ekspor. Covid-19 tidak jelas. Begitu juga, dengan eksportir gandum, seperti Ukraina, China, dan AS," ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat (7/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, ia mengimbau masyarakat agar melakukan diversifikasi pangan lokal. Dengan demikian, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada pangan impor.
"Kalau kita masih gantungkan pada pangan impor itu namanya malapetaka, itu bahaya," imbuh dia.
Sebagai antisipasi, ia melanjutkan pemerintah juga akan melakukan berbagai upaya menjaga sektor pertanian guna melanjutkan positif pada kuartal II 2020. Melansir Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu tumbuh saat ekonomi kontraksi.
Pertanian tumbuh 2,19 persen secara tahunan (yoy), meskipun melambat dari sebelumnya 5,33 persen. Secara kuartalan, sektor ini bahkan tumbuh dua digit, 16,24 persen yang merupakan kenaikan tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Lihat juga:Nilai Tukar Petani Membaik pada Juli 2020 |
Sedangkan, kontribusi sektor pertanian kepada Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 15,46 persen.
Dedi menuturkan raihan tersebut mematahkan kekhawatiran sejumlah pihak yang memprediksi terjadi krisis pangan luar biasa akibat pandemi covid-19.
"Kami harap tren ini masih bisa dipertahankan pada kuartal III 2020. Kami optimis pada kuartal III, (pertanian) akan positif melampaui 16 persen," jelasnya.
Sejumlah upaya akan dilakukan Kementan, meliputi peningkatan produktivitas sektor pertanian melalui intervensi sarana dan prasarana, menjaga stabilitas harga pangan, menjaga kelancaran distribusi pangan, termasuk mendorong petani memanfaatkan fasilitas KUR berbunga rendah.
Data Kementan mencatat ketersediaan sejumlah bahan pangan masih aman hingga akhir tahun. Tercatat, stok beras sebanyak 7,83 juta ton pada Juni 2020.
Hingga akhir tahun Kementan memprediksi tambahan produksi sebesar 14,25 juta ton, sehingga total ketersediaan beras hingga akhir tahun mencapai 22,08 juta ton.
Lalu, stok jagung sebanyak 1,19 juta ton pada Juni 2020. Hingga akhir tahun diprediksi tambahan produksi sebanyak 9,36 juta ton, sehingga total ketersediaan jagung hingga akhir tahun mencapai 10,56 juta ton.
Stok bawang merah sebanyak 49,7 ribu ton pada Juni 2020. Hingga akhir tahun diprediksi tambahan produksi sebanyak 476,41 ribu ton, sehingga total ketersediaannya hingga akhir tahun mencapai 526,11 ribu ton.
Lebih lanjut, stok bawang putih sebanyak 56 ribu ton pada Juni 2020. Hingga akhir tahun, Kementan menambah impor sebanyak 414,98 ribu ton, sehingga total ketersediaan jagung hingga akhir tahun mencapai 470,99 ribu ton.
Stok daging sapi dan kerbau sebanyak 15,56 ribu ton pada Juni 2020. Hingga akhir tahun Kementan memprediksi tambahan daging sapi dan kerbau 211,82 ribu ton serta akan mendatangkan impor sebanyak 283,99 ribu ton. Jadi total ketersediaan hingga akhir tahun mencapai 511,38 ribu ton.
Kemudian, stok gula pasir sebanyak 585,46 ribu ton pada Juni 2020. Hingga akhir tahun Kementan memprediksi tambahan produksi sebanyak 2,18 juta ton dan impor 117,19 ribu ton. Jadi, total ketersediaan hingga akhir tahun mencapai 2,88 juta ton.