Ekonomi Minus 27,8 Persen, Resesi Jepang Kian Berkepanjangan

CNN Indonesia
Selasa, 18 Agu 2020 11:51 WIB
Jepang melaporkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mereka minus 27,8 persen pada kuartal II. Kinerja minus itu membuat resesi Jepang kian berkepanjangan.
Jepang melaporkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mereka minus 27,8 persen pada kuartal II 2020. Ilustrasi. (AP Photo/Kiichiro Sato).
Jakarta, CNN Indonesia --

Jepang melaporkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mereka minus 27,8 persen secara tahunan pada kuartal II 2020. PDB Jepang anjlok karena terpukul wabah virus corona yang mengganggu konsumsi masyarakat.

Dikutip dari CNN.com, secara kuartalan, ekonomi Jepang terkontraksi 7,8 persen. Kantor Kabinet Jepang mengungkap kinerja kuartal II 2020 menjadi yang terburuk sejak pencatatan dengan gaya modern dimulai pada 1980.

Namun, Jepang masih mencatat kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan negara ekonomi terbesar lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada periode April hingga Juni, Jepang mulai membaik jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Jerman yang sama-sama mencatat minus 10 persen dan Inggris yang PDBnya minus 20,4 persen.

Seperti banyak negara lain, kontraksi PDB Jepang sebagian besar disebabkan oleh menyusutnya belanja konsumen karena pembatasan yang diberlakukan untuk menahan Covid-19, serta penurunan ekspor.

Konsumsi, yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Jepang, merosot 8,2 persen pada kuartal II.

Pasalnya, bisnis di seluruh negeri tutup selama darurat nasional sepanjang enam minggu pada April dan Mei.

"Meskipun tidak sebesar penurunan yang terlihat di negara-negara maju lainnya, penurunan pertumbuhan kuartal II menandai kontraksi sebanyak tiga kali berturut-turut. Kondisi ini membuat Jepang rentan terhadap guncangan penurunan lebih lanjut," tulis Oxford Economics dalam sebuah catatan.

Ada juga kekhawatiran tentang kecepatan pemulihan, meskipun aktivitas rebound mulai terlihat pada Juni dan Juli.

Banyak ekonom memperingatkan bahwa berbagai langkah bantuan dalam dua paket stimulus ekonomi awal tahun ini akan berakhir pada September.

Hal ini menimbulkan risiko bagi usaha kecil dan menengah yang merupakan bagian terbesar dari perekonomian Jepang.

"Kurangnya tanggapan kebijakan yang koheren benar-benar menakutkan. Kami membutuhkan tanggapan yang bijaksana, hati-hati, dan luas untuk situasi yang mengerikan ini. Hal inilah yang [Perdana Menteri] Abe dan perusahaan kurangi dalam hal cara mereka melakukan sesuatu," kata Noriko Hama, seorang profesor di Doshisha Business School.

Pemerintah Jepang melanjutkan rencana subsidi untuk meningkatkan perjalanan domestik pada pertengahan Juli, tepat ketika kasus virus baru mulai meningkat.

Di antara negara G7 yang tersisa, Badan Statistik Kanada memperkirakan PDB kuartal kedua akan berkontraksi 12 persen dari kuartal sebelumnya.

Sementara China diprediksi bisa menghindari resesi dan memperbaiki kinerja terburuknya pada awal tahun ini.

[Gambas:Video CNN]



(age/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER