Akhir pekan ini merupakan libur panjang bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam 1442 Hijriah yang jatuh pada Kamis (20/8) dan cuti bersama pada Jumat (21/8). Setelah itu diteruskan dengan libur umum setiap Sabtu dan Minggu.
Momen libur panjang seperti ini sebenarnya ingin dimanfaatkan oleh Fio (22 tahun) untuk pergi berlibur. Sebab, pikirannya sudah cukup penat karena berbulan-bulan di rumah saja akibat pandemi virus corona atau covid-19.
Hanya saja, pertimbangan keuangan menyita pikirannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Strategi Merdeka dari Utang saat Kelola Uang |
"Soalnya sekarang kan masih serba tidak pasti, termasuk soal pendapatan dan pengeluaran, jadi pikir-pikir lagi, perlu tidak ya? Bagaimana siasati keuangannya agar tidak boros dan bisa jaga-jaga?," ujarnya yang sehari-hari bekerja di e-commerce kepada CNNIndonesia.com, Rabu (19/8).
Terkait hal ini, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan liburan di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi corona sejatinya sah-sah saja. Asal, bisa memperhitungkan pengeluaran dengan tepat.
"Misal mau jalan-jalan ke alam yang dekat dari Jakarta, atau ke pulau misal ke Pulau Seribu, itu tidak apa, asal sesuaikan dengan budget," ucap Teja.
Lihat juga:Tip Mengatur Kocek Kala Ekonomi RI Minus |
Berikut beberapa tip kelola keuangan untuk liburan hemat saat libur panjang dari Teja:
1. Hitung Budget
Teja bilang hal yang paling mendasar dan harus dipikirkan sebelum libur adalah menghitung kemampuan dana atau penghasilan yang dihitung dengan mengurangi gaji bulanan dengan seluruh kebutuhan, mulai dari kebutuhan harian, tagihan bulanan, tabungan, dana darurat, dan lainnya.
"Nah kalau masih ada sisa, baru bisa digunakan untuk berlibur. Jangan sampai kebutuhan berliburnya yang dipenuhi dulu, baru kebutuhan bulanan rutin yang menyesuaikan. Pokoknya sesuaikan dengan budget," katanya.
Teja mengingatkan bila ada alokasi dana berlebih untuk liburan pun, bukan berarti semuanya bisa dihabiskan. Bila memang total pengeluaran bisa dihemat sedemikian rupa agar tidak mencapai 100 persen dari dana yang disiapkan, tentu akan lebih baik karena sisanya bisa ditabung kembali.
2. Pilih Destinasi
Bila sudah ada nominal dana liburan yang dimiliki, barulah cari destinasi berlibur yang sesuai. Ia memberi contoh, bila dana yang dimiliki tidak besar, namun ingin pergi berlibur ke pantai, maka pilihlah pantai yang jaraknya relatif dekat dengan domisili.
Misalnya, tinggal di Jakarta, maka bisa ke Pulau Seribu. "Jangan memaksa misal maunya ke Bali, padahal itu butuh pengeluaran yang mungkin lebih tinggi karena ada pengeluaran pesawat, hotel, dan lainnya," tuturnya.
3. Hitung Pengeluaran
Setelah itu, hitung lah berbagai komponen pengeluaran yang dibutuhkan untuk berlibur, mulai dari biaya transportasi, akomodasi, makan, dan lainnya.
Usahakan, katanya, pengeluaran juga dibuat seminimalis mungkin. Dengan begitu, 'kocek' yang harus dikeluarkan tidak terlalu tinggi.
4. Manfaatkan promo
Teja mengatakan pengeluaran yang perlu dipenuhi sebenarnya bisa saja dihemat bila jeli melihat promo atau diskon yang marak dikeluarkan oleh agen perjalanan online, tempat wisata, dan lainnya. Misalnya, ada diskon sekian persen untuk menginap di hotel A yang ada di destinasi liburan, maka tidak salah untuk dimanfaatkan.
"Atau booking hotel dengan promo kartu kredit bisa dapat diskon sekian, itu juga tidak apa, asal pastikan pembayaran cicilan kredit bisa dilakukan. Ini juga bisa dimanfaatkan agar pengeluaran keuangan tidak langsung besar pada satu waktu, jadi bisa dicicil tiga sampai enam bulan misal," jelasnya.
5. Cermat Gunakan Saluran Pembayaran
Kendati begitu, Teja mewanti-wanti penggunaan kartu kredit pada kebutuhan liburan yang sebenarnya bersifat konsumtif. Ia menekankan penggunaan kartu kredit tetap harus sebijak mungkin, termasuk dari sisi kemampuan pembayaran karena hal ini akan menjadi utang.
"Mungkin kalau pakai kartu kredit masih bisa pakai benefit lebih. Yang mungkin sebaiknya lebih dihindari adalah paylater, saya kurang menyarankan, karena ada bunganya biasanya," ungkapnya.
6. Jangan Usik Dana Darurat dan Investasi
Teja juga mengingatkan agar kebutuhan liburan sebaiknya tidak sampai mengusik dana darurat, tabungan, dan instrumen investasi yang dimiliki. Sebab, ketiga pos itu memiliki fungsi yang berbeda dalam keuangan.
Menurutnya, dana darurat sebaiknya tidak diusik karena akan menjadi bantalan pertama ketika ada kesulitan keuangan. Begitu juga dengan tabungan yang menjadi bantalan kedua.
Sementara investasi, biasanya dilakukan untuk tujuan tertentu, misalnya dana pendidikan anak, pergi haji, dan keperluan lain yang bersifat jangka panjang. Maka sebaiknya tetap dipertahankan.
"Mungkin ada pikiran lebih baik cairkan investasi ketimbang utang, tapi mencairkan investasi pada saat ini pun belum tentu untung karena biasanya lagi turun dan nanti bagaimana dengan kebutuhan di masa depan? Jadi baiknya jangan sampai terpaksa dicairkan hanya demi liburan," pungkasnya.