Maskapai asal Australia Qantas membukukan kerugian tahunan sebesar US$2 miliar atau setara dengan Rp29,4 triliun (asumsi kurs Rp14.742 per dolar AS).
Anjloknya permintaan karena pandemi virus corona membuat Qantas terpuruk dan akan memberhentikan 6.000 pekerja.
Langkah pemberhentian pekerja ini diikuti dengan 'memarkirkan' 100 pesawatnya selama satu tahun demi menghemat US$10 miliar atau setara dengan Rp148 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari AFP, maskapai tersebut membukukan rugi sebelum pajak sebesar US$1,9 miliar. Kerugian ini termasuk menghentikan penggunaan Airbus A380 dan pembayaran redudansi yang besar.
Sementara, pendapatan Qantas anjlok 82 persen pada periode April hingga Juni.
Qantas mengungkap ini menjadi periode paling menantang dalam 99 tahun mereka beroperasi.
"Kami berada di jalur untuk mendapatkan keuntungan di atas US$718 juta ketika krisis ini melanda," kata CEO Alan Joyce.
Industri penerbangan global mungkin menghadapi krisis terbesarnya hingga saat ini, dengan banyak maskapai besar mencari miliaran dolar untuk menghentikan mereka dari kebangkrutan, sementara yang lain gulung tikar.
Di Australia, sektor ini telah menerima ratusan juta dolar dana pembayar pajak saat pemerintah berusaha menyelamatkannya dari kehancuran.
Joyce mengatakan pemulihan industri akan memakan waktu dan akan menantang.
"Covid-19 membentuk kembali lanskap kompetitif dan itu menghadirkan berbagai tantangan dan peluang bagi kami," katanya.
Qantas mengatakan tindakan cepat yang dilakukan secara radikal memotong biaya dan menempatkan sebagian besar bisnis penerbangan ke mode 'hibernasi' bisa membantu meminimalkan dampak finansial dari penghentian pandemi.
Terlepas dari ketidakpastian yang sedang berlangsung, maskapai ini yakin tetap pada posisi yang baik untuk mengambil keuntungan dari perjalanan udara yang akhirnya kembali.
Pesaing utamanya, Virgin Australia akan menutup anak usaha merek maskapai budget Tigerair dan memberhentikan 3.000 staf karena bersiap untuk diluncurkan kembali di bawah kepemilikan baru raksasa ekuitas swasta AS Bain Capital.