PT Pertamina (Persero) menyatakan telah mengekspor bahan bakar nabati dari turunan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) atau B100.
"Dengan CPO, kami menghasilkan B100 Alhamdulillah sudah diekspor," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam diskusi Primetime News Metro TV, Senin (14/9).
Nicke tak merinci negara tujuan ekspor bahan bakar nabati itu. Namun, ia mengungkapkan keberhasilan memproduksi B100 juga akan dilanjutkan dengan produksi avtur dengan campuran CPO atau bioavtur pada akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nicke melanjutkan tahun depan perseroan juga akan menambah kapasitas Kilang Cilacap untuk meningkatkan kapasitas produksi B100 secara bertahap sampai dengan 6.000 barel per hari (bph).
"Kemudian kami akan bangun di Plaju 20 ribu barel per hari untuk biodiesel," imbuhnya.
Selain itu Pertamina juga akan masuk ke biogasoline dengan melanjutkan program yang sebelumnya telah dikerjasamakan dengan Lemigas.
"Mudah-mudahan akhir tahun ini sudah selesai dan tahun depan sudah dimulai itu mencampur 15 persen dari metanol yang dari gas dan 5 persen dari etanol. Etanolnya pun bioetanol," terang Nicke.
Di luar itu, Pertamina juga terus mengembangkan produksi gas dengan mencari sumber-sumber gas baru yang ada di Blok Mahakam. Meski harga gas di dunia sedang turun, ujar Nicke, perseroan berupaya tetap melakukan eksplorasi sumur setiap 3 hari sekali.
Sebelumnya, pada 2019 lalu, perusahaan pelat merah ini telah menyelesaikan seismik di area terbuka sepanjang 31 ribu kilometer dan diklaim sebagai terpanjang di Asia Tenggara. Selain itu, perseroan juga akan melakukan eksplorasi pada 68 cekungan.
"Kami melakukan pengeboran di Mahakam. Selama setahun, yang kami lakukan di Mahakam itu ada 240 sumur dan kami melakukan seismik untuk recovery," tandasnya.