Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan perusahaan pelat merah akan membangun pabrik paracetamol di dalam negeri. Hal itu dilakukan sebagai upaya memperbaiki rantai pasok (supply chain) di sektor farmasi.
"Kami bangun pabrik paracetamol yang selama ini diimpor," kata Erick dalam HSBC Economic Forum Orchestrating The Next Move: Transforming Indonesia Into Asia's Next Supply Chain Hub, Rabu (16/9).
Erick mengungkapkan konsolidasi BUMN saat ini salah satunya dilakukan dengan membentuk klaster usaha. Misalnya, klaster kesehatan dan industri farmasi yang beranggotakan PT Bio Farma, PT Kimia Farma Tbk, PT Indo Farma Tbk, dan Petra Medika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini, Kimia Farma diarahkan untuk fokus ke produk kimia dan menekan kebutuhan impor obat-obatan. Lalu, Indo Farma fokus ke obat herbal.
Selanjutnya, sektor farmasi juga disinergikan dengan 70 rumah sakit pelat merah.
Rencana pembangunan pabrik paracetamol sendiri sebenarnya telah berhembus sejak tahun lalu. Dikabarkan, Kimia Farma akan menggandeng anak usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di sektor petrokimia. Sebagai catatan, produk turunan petrokimia dapat diolah sebagai bahan baku produk farmasi.
Pembangunan pabrik paracetamol di dalam negeri juga sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyetop impor bahan baku obat. Menurut laporan yang diterima Jokowi, 95 persen bahan baku obat di dalam negeri masih bergantung pada impor.
"Ini sudah enggak boleh lagi dibiarkan berlama-lama," tegas Jokowi dalam rapat terbatas Program Kesehatan Nasional di Kantor Presiden, Jakarta pada November lalu.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, kemampuan industri farmasi di Indonesia saat ini ditopang oleh 220 perusahaan. Namun, 90 persen dari perusahaan farmasi tersebut fokus di sektor hilir dalam memproduksi obat-obatan.
(aud/sfr)