Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi sebesar 22,7 persen per 30 September sepanjang berjalan (year to date/ytd).
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyayangkan pelemahan yang kembali terjadi dalam beberapa pekan terakhir hingga kembali menyentuh level 4.870. Padahal, sebelumnya indeks sudah sempat bertengger di level 5.300 selama pandemi.
"Pasar modal kembali mengalami tekanan sejak beberapa hari atau sejak minggu lalu, perdagangan indeks pada 30 September lagi-lagi ditutup melemah sehingga secara ytd pada level kontraksi 22,7 persen," katanya pada rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI secara virtual, Kamis (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut pelemahan dipicu oleh dua faktor. Pertama, kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi nasional.
Kedua, tingginya angka konfirmasi positif covid-19 harian. "Kondisi ini terutama sejak 21 September di mana menyentuh level di bawah 5.000, dipicu kepada kekhawatiran ada pemulihan yang melambat," imbuh Wimboh.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa capital outflow (aliran keluar modal asing) sepanjang tahun hingga 2020 tercatat sebesar Rp43 triliun sejalan dengan pelemahan indeks.
Ia menilai angkat kakinya asing dari indeks disebabkan oleh tingginya volatilitas pasar modal dalam negeri.
Pun begitu, Wimboh bilang bahwa investor lokal masih cukup optimis dan menopang indeks. Ini tercermin dari tingginya pendanaan di bursa meski di tengah pandemi.
"Minat masyarakat mencari pendanaan di pasar modal masih tinggi, penghimpunan dana publik sampai September 2020 telah mencapai Rp85,9 triliun," ucap dia.
Sementara, sejauh ini ada 40 emiten baru yang melantai di bursa dengan catatan penawaran umum sedang proses sebesar Rp20,5 triliun. Sedangkan, investor domestik tercatat meningkat menjadi 3,14 juta investor.
"Meski investor besar asing keluar, masih ada kekuatan domestik, investor retail ini diharapkan terus bisa meningkat," pungkasnya.