Deloitte, perusahaan konsultan multinasional melansir sedikitnya 107 ribu pekerja di industri minyak dan gas, termasuk kimia, terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada periode Maret-Agustus 2020.
Angka tersebut, kata Deloitte, adalah tingkat kehilangan pekerjaan tertinggi dalam sejarah industri migas. Angka itu bahkan belum memasukkan jumlah pekerja yang terpaksa dirumahkan, cuti di luar tanggungan, dan pekerja yang dipangkas gajinya.
Gelombang PHK di industri migas terjadi dalam rangka mengatasi jatuhnya harga energi akibat permintaan yang lesu di tengah pandemi covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, laporan Deloitte menduga, sebagian besar pekerjaan yang hilang itu tidak mungkin kembali. Setidaknya, tidak dalam waktu dekat, meskipun harga minyak AS dibanderol US$45 per barel hingga 2021 mendatang.
"PHK skala besar seperti itu menantang bagi reputasi industri yang disebut-sebut dapat diandalkan," ujar analis Deloitte, dikutip CNN Business, Jumat (9/10).
Setiap perubahan harga minyak AS sebesar US$1, baik naik atau pun turun, lanjut dia, berpotensi mempengaruhi 3.000 pekerjaan jasa hulu dan ladang minyak.
Angka menjadi dua kali lipat jika dibandingkan dengan era 1990-an yang hanya berada di level 1.500 pekerjaan.
Dengan kata lain, hubungan antara pekerjaan dan harga komoditas menjadi dua kali lebih kuat dari sebelumnya.
Pada awal pekan ini, ExxonMobil menerangkan bakal memberhentikan sampai 1.600 pekerja di Eropa sebagai bagian dari efisiensi perusahaan. Tahun lalu, Exxon tercatat mempekerjakan hampir 75 ribu karyawan.
"Tindakan signifikan diperlukan saat ini untuk meningkatkan daya saing biaya dan memastikan perusahaan mengelola melalui kondisi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Exxon dalam sebuah pernyataan.
Exxon mengalami kerugian untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir. Perusahaan juga baru-baru ini dikeluarkan dari indeks Dow Jones Industrial Average, setelah melantai sejak 1928 silam.
Perusahaan yang pernah menjadi salah satu perseroan paling berharga di dunia ini dinyatakan kehilangan US$300 miliar.
Tidak hanya Exxon, Shell pada bulan lalu turut mengumumkan rencananya untuk memangkas 9.000 pekerjaan di seluruh dunia karena beralih dari bahan bakar fosil.
Menambah panjang daftar tersebut, BP yang berencana memangkas produksi minyak hingga 40 persen juga mengaku mem-PHK 10 ribu karyawan. Sementara, Schlumberger, perusahaan jasa ladang minyak terbesar dunia, mengatakan pada Juli lalu akan memangkas 21 ribu pekerjaan.
"Ini mungkin kuartal yang paling menantang dalam beberapa dekade terakhir," kata CEO Schlumberger Olivier Le Peuch dalam sebuah pernyataan pada Juli.