Harga minyak mentah global merosot pada akhir perdagangan Rabu (21/10) usai laporan persediaan minyak Amerika Serikat menunjukkan permintaan untuk produk-produk olahan minyak melemah akibat lonjakan kasus covid-19 global.
Mengutip Antara, Kamis (22/10), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember ditutup di US$41,73 per barel, turun US$1,43 atau 3,3 persen.
Sementara harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember berkurang US$1,67 atau 4,0 persen, ke level US$40,03 per barel. Kendati demikian, kedua kontrak acuan tersebut menguat di sesi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persediaan minyak mentah turun satu juta barel dalam sepekan yang berakhir 16 Oktober menjadi 488,1 juta barel. Di sisi lain, stok bensin mengalami kenaikan dan menunjukkan melemahnya permintaan atas bahan bakar.
Analis pasar energi di CHS Hedging Tony Headrick mengatakan keseluruhan pasokan produk, yang mewakili permintaan di AS, juga masih jatuh 13 persen pada tahun ini dan selama empat minggu terakhir jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
"Pasar secara serius bergulat dengan permintaan setelah terus meningkatnya kasus covid-19," ungkapnya.
Angka kasus covid-19 di seluruh dunia melampaui 40 juta pada Selasa (20/10). Angka itu mendorong beberapa negara Eropa memberlakukan langkah-langkah penguncian baru.
Itu turut membebani harga minyak.
"Brent sangat terekspos ke kawasan Eropa yang sedang menjalani lockdown baru," kata Headrick.
Seperti diketahui, awal tahun ini OPEC+, organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya termasuk Rusia, sepakat memangkas pengurangan produksi pada Januari dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari.
Namun pada saat yang sama, Libya, anggota OPEC yang dibebaskan dari pemangkasan produksi tersebut justru meningkatkan produksi setelah konflik bersenjata menutup hampir semua produksinya pada Januari.
Produksinya mereka pulih menjadi sekitar 500 ribu barel per hari, disertai harapan Tripoli agar angka itu menjadi dua kali lipat pada akhir tahun.
Sementara pada Selasa (20/10) lalu, kurang dari seminggu setelah mengatakan rencana untuk mengurangi pembatasan produksi harus dilanjutkan, menteri energi Rusia berubah pikiran dan mengatakan masih terlalu dini untuk membahas masa depan pembatasan produksi minyak global pada Desember.
Lihat juga:Nikon Setop Operasi di Indonesia |