Indonesia menargetkan fasilitas pembebasan bea masuk Amerika Serikat (AS) dalam kerangka Generalized System of Preferences (GSP) menjadi perjanjian perdagangan terbatas (Limited Trade Deal/LTD).
Duta Besar Indonesia untuk AS Muhammad Lutfi menuturkan bahwa peningkatan fasilitas tersebut dapat membuat volume perdagangan dua arah antara Indonesia dan AS dapat naik hingga US$60 miliar pada 2024.
Ekspor Indonesia menggunakan fasilitas GSP sendiri mencapai US$2,61 miliar pada. Nilai itu setara dengan 13,1 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia ke AS yang berjumlah US$20,1 milyar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk periode Januari-Agustus 2020, nilainya berjumlah US$1,87 milyar atau naik 10,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Targetnya sebelum saya pulang, harusnya nilai perdagangan sudah double (volume ekspornya), tiga tahun lagi," ujarnya dalam Konferensi Pers Virtual Terkait Perpanjangan Fasilitas GSP kepada Indonesia, Senin (2/11).
Luthfi menyampaikan AS merupakan satu-satunya negara di dunia yang bisa melakukan LTD. Fasilitas ini juga diproyeksikan dapat mengoptimalkan potensi kerja sama di luar perdagangan barang, khususnya perdagangan digital, energi dan infrastruktur, serta peningkatan arus investasi.
Hal tersebut dapat meningkatkan arus perdagangan dua arah dan merupakan pintu masuk bagi perluasan kerja sama investasi.
Indonesia, sambung Lutfi, tengah memperhatikan perjanjian perdagangan antara Jepang dan AS di pasar digital. Pasalnya, pasar digital Indonesia sangat menarik untuk dimasuki investor dan pasar yang makin terbuka dapat mengakselerasi perbaikan di berbagai sektor.
"Kalau seumpama kita membuka pasar digital kita yang sudah terbuka, kita bisa mendatangkan investasi dengan platform digital dan Indonesia bisa jadi pasar kelas dunia dengan harapan itu akan memperbaiki sektor logistik, teknologi dan menjadikan Indonesia tujuan utama pasar digital," tandasnya.