Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia dengan China defisit sebesar US$879,2 juta per September 2020. Ini karena jumlah impor dari China masih lebih banyak ketimbang barang yang diekspor ke negara tersebut.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan nilai impor dari China ke Indonesia sebesar US$3,5 miliar. Sementara, nilai ekspor hanya US$2,62 miliar.
"Indonesia defisit dengan China, Ukraina, dan Brasil," ucap Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, neraca perdagangan Indonesia juga defisit dengan Ukraina sebesar US$140,1 juta. Tercatat, nilai ekspor ke Ukraina sebesar US$165,5 juta, sedangkan ekspor hanya US$25,4 juta.
Kemudian, defisit perdagangan Indonesia dengan Brasil tercatat sebesar US$119,3 juta. Nilai ekspor ke Brasil per September 2020 hanya US$106,4 juta, sedangkan impornya mencapai US$225,7 juta.
Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) tercatat surplus sebesar US$1,07 miliar. Hal ini karena nilai impor ke Negeri Paman Sam jauh lebih rendah ketimbang nilai ekspornya.
"Dengan AS masih mengalami surplus US$1,07 miliar karena ekpsor ke AS sebesar US$1,6 miliar dan impor US$607 juta," terang Suhariyanto.
Indonesia juga surplus dengan dua negara lainnya, yakni India dan Filipina. Neraca dagang dengan India terlihat surplus sebesar US$562,5 juta dan Filipina surplus sebesar US$491,2 juta.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,44 miliar secara bulanan pada September 2020. Realisasi tersebut lebih tinggi dari surplus Agustus 2020 yang sebesar US$2,35 miliar.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$14,01 miliar atau naik 6,97 persen dari Agustus 2020 yang sebesar US$13,1 miliar. Sementara nilai impor hanya mencapai US$11,57 miliar atau naik 23,5 persen dari bulan sebelumnya.