Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.065 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Senin (9/11) sore. Posisi ini menguat 145 poin atau 1,02 persen dari Jumat (6/11).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.172 per dolar AS atau menguat dari Rp14.321 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Di kawasan mata uang Asia, rupiah memimpin penguatan dari dolar AS. Penguatan rupiah diikuti oleh won Korea Selatan 0,66 persen, ringgit Malaysia 0,43 persen, yuan China 0,43 persen, dolar Singapura 0,39 persen, baht Thailand 0,34 persen, peso Filipina 0,21 persen, rupee India 0,18 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya yen Jepang yang melemah 0,21 persen dari mata uang Negeri Paman Sam. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Sebaliknya, mayoritas mata uang negara maju justru 'keok' dari dolar AS. Hanya rubel Rusia yang menguat 0,28 persen dan dolar Kanada 0,22 persen.
Sisanya, franc Swiss melemah 0,12 persen, poundsterling Inggris minus 0,07 persen, dolar Australia minus 0,04 persen, dan euro Eropa minus 0,04 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah terjadi karena efek terpilihnya Joe Biden menjadi presiden AS. Biden berhasil mengalahkan presiden petahana, Donald Trump.
"Pasar menyambut Joe Biden sebagai Presiden AS dengan ekspektasi bahwa Gedung Putih yang lebih tenang dapat meningkatkan perdagangan dunia dan kebijakan moneter akan tetap mudah," ungkap Ibrahim.
Pasar juga merespons rencana Biden yang ingin menunjuk ilmuwan khusus ke dalam tim penanganan pandemi virus corona atau covid-19 di AS. Hal ini menindaklanjuti tingginya kasus positif corona di Negeri Paman Sam.
Sementara di dalam negeri belum ada sentimen baru yang mempengaruhi. Pasar masih menanti pengadaan vaksin corona dari pemerintah.