Euforia Vaksin Pfizer Masih Angkat Harga Minyak Dunia

CNN Indonesia
Kamis, 12 Nov 2020 07:50 WIB
Harga minyak dunia kembali menguat, ditopang euforia vaksin Pfizer. Harga minyak mentah Brent dan WTI naik masing-masing 9 sen.
Harga minyak dunia kembali menguat, ditopang euforia vaksin Pfizer. Harga minyak mentah Brent dan WTI naik masing-masing 9 sen. Ilustrasi kilang minyak. (AFP Photo/Ian Timberlake).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia kembali menguat tipis pada perdagangan Kamis (12/11). Pasar masih mengapresiasi berita positif terkait vaksin corona yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS), Pfizer.

Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari naik 19 sen atau 0,4 persen menjadi ke US$43,8 per barel. Namun, pada awal perdagangan harga minyak Brent sempat menembus US$45,3 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 9 sen menjadi US$41,45 per barel. Harga minyak WTI juga sempat mencapai sesi tertingginya di level US$43,06 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga minyak Brent dan WTI telah menguat sekitar 11 persen sepanjang pekan ini. Penguatan ditopang oleh hasil uji coba vaksin oleh Pfizer dan BioNTech yang mengklaim keampuhan pengobatan covid-19 hingga 90 persen efektif.

Hasil uji coba itu memberikan harapan kepada pasar bahwa permintaan minyak akan kembali pulih. Namun, pasar juga masih khawatir karena kasus penularan virus corona masih terus meningkat.

"Jumlah rekor kasus penularan virus corona cukup membuat semua orang kembali ke kenyataan," ungkap Direktur Energi Berjangka di Mizuho Bob Yawger.

Sementara, Mitra Pendiri di Again Capital John Kilduff mengatakan harapan bahwa vaksin corona dapat memulihkan permintaan bahan bakar transportasi sangat berarti bagi pergerakan harga minyak.

"Transportasi di seluruh negara sangat terpengaruh oleh pandemi, sehingga jika transportasi pulih maka akan membangkitkan permintaan bahan bakar," terang Kilduff.

Namun, kebijakan lockdown yang kembali berlaku di beberapa wilayah di AS dan Eropa demi meminimalisir penularan virus corona gelombang kedua disebut-sebut akan memperlambat pemulihan permintaan bahan bakar. 

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER