Kementerian ESDM memperkirakan Indonesia masih akan meng-impor produk bahan bakar minyak (BBM) hingga 2025 mendatang. Sebab, jumlah permintaan masih lebih banyak ketimbang produksi.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebut impor BBM pada tahun ini diprediksi sebanyak 16,76 juta kiloliter (kl). Kemudian, impor tahun depan diproyeksi melonjak hingga 18,43 juta kl.
Selanjutnya, impor pada 2022 diprediksi sebanyak 16,65 juta kl, pada 2023 sebanyak 9,34 juta kl, pada 2024 sebanyak 10,45 juta kl, dan sebanyak 12,67 juta kl pada 2025 mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Tutuka mengklaim jumlah produksi BBM hingga 2025 juga akan meningkat. Bahkan, ia memproyeksi jumlah permintaan dan produksi BBM pada 2026 akan seimbang.
Dengan kata lain, Indonesia diramalkan tidak perlu mengimpor BBM lagi mulai 2026 mendatang. Pada saat itu, jumlah permintaan BBM diprediksi sebanyak 85,14 juta kl.
Kemudian, produksi BBM pada 2026 diperkirakan mencapai 84,27 juta kl. Tutuka bilang sisa permintaan pasar akan dipenuhi dengan produk bahan bakar nabati (BBN).
"Diharapkan produksi BBM akan meningkat, sehingga pada 2026 bisa sama antara demand dan produksi," ujar Tutuka dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR, Senin (16/11).
Tutuka menuturkan produksi BBM akan meningkat seiring dengan selesainya pengembangan kilang eksisting.
Ia merinci akan ada tambahan produksi BBM dari proyek RDMP Balongan pada 2022, lalu tambahan produksi BBM dari RDMP Balikpapan pada 2023, dan tambahan produksi BBM dari RDMP Cilacap pada 2026.