Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.155 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (19/11) sore. Mata uang Garuda melemah 85 poin atau 0,6 persen dari Rp14.070 persen pada Rabu (18/11).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.167 per dolar AS atau melemah dari Rp14.118 per dolar AS pada Rabu kemarin.
Kendati begitu, rupiah tak sendiri. Sebab, hampir seluruh mata uang Asia juga 'keok' dari dolar AS. Hanya dolar Hong Kong yang menguat 0,01 persen dari mata uang Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Won Korea Selatan melemah 1,02 persen, yuan China minus 0,36 persen, baht Thailand minus 0,33 persen, dolar Singapura minus 0,29 persen.
Kemudian, ringgit Malaysia minus 0,22 persen, peso Filipina minus 0,17 persen, rupee India minus 0,12 persen, dan yen Jepang minus 0,1 persen.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju, semuanya kompak berada di zona merah. Rubel Rusia melemah 0,51 persen, poundsterling Inggris minus 0,37 persen, dolar Australia minus 0,34 persen, dolar Kanada minus 0,2 persen, euro Eropa minus 0,13 persen, dan franc Swiss minus 0,11 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat nilai tukar rupiah berbalik lemas karena peningkatan jumlah kasus positif corona atau covid-19 dalam beberapa waktu terakhir. Khususnya di negara-negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
"Terjadi peningkatan kasus yang tidak terlihat sejak gelombang pertama, yang menyebabkan penguncian skala besar pada aktivitas publik, dan karenanya aktivitas ekonomi sangat melemah," ungkap Ibrahim.
Tak hanya di Eropa dan AS, Australia juga memberlakukan penguncian wilayah (lockdown). Hal ini langsung membayangi data ketenagakerjaan Negeri Kanguru dan menurunkan prospek pemulihan.
Di sisi lain, mata uang dunia juga terimbas dari negosiasi Inggris dan Uni Eropa yang sudah mulai kehabisan waktu. Pembicaraan tampak menemui jalan buntu.
Sementara di dalam negeri, di luar dugaan Bank Indonesia (BI) memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 4 persen menjadi 3,75 persen. Hal ini tak mampu menguatkan rupiah dari tekanan eksternal lain.