Untung Buntung Bisnis Waralaba di Tengah Corona

CNN Indonesia
Jumat, 27 Nov 2020 13:39 WIB
Pandemi covid-19 membuat usaha waralaba kian dilirik oleh masyarakat. Di saat yang sama, penjualan cenderung menurun karena daya beli warga melemah.
Pandemi covid-19 membuat usaha waralaba kian dilirik oleh masyarakat. Di saat yang sama, penjualan cenderung menurun karena lemahnya permintaan. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bisnis waralaba atau franchise menerima pukulan keras selama pandemi covid-19. Bahkan, beberapa di antaranya memutuskan untuk merumahkan karyawan hingga menutup usaha sementara.

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Levita Supit mengatakan pukulan terutama dialami oleh waralaba food and beverage (F&B) yang terpaksa beroperasi terbatas dan sempat tak dapat melayani makan di tempat (dine in).

Tak hanya itu, tutupnya pusat perbelanjaan seperti mal juga membuat bisnis waralaba lainnya mulai dari produk fashion hingga jasa potong rambut ikut terdampak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hampir semua jatuh. Mungkin hanya beberapa waralaba yang bisa bertahan seperti apotek dan yang berhubungan dengan kesehatan," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (24/11).

Meski demikian, menurut Levita, bisnis waralaba mulai memasuki tahap pemulihan seiring dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berbagai wilayah di Indonesia.

Apalagi setelah mal dibuka dan perkantoran diperbolehkan kembali beroperasi. "Memang belum bisa normal lagi pendapatannya karena masih dibatasi, kan, misalnya dine in hanya setengah dari total kapasitas. Tapi paling enggak per Agustus sudah mulai membaik," tuturnya.

Di sisi lain, masyarakat terdampak pandemi semakin banyak yang melirik usaha waralaba. Dengan memanfaatkan tabungan, masyarakat yang kehilangan pekerjaan banyak yang lebih memilih franchise ketimbang memulai bisnis produk baru.

"Jadi memang kelihatan, franchisor lebih banyak memberikan lisensi di tengah pandemi. Meskipun tidak jauh berbeda ya dari tahun lalu, sepertinya. Angkanya kami belum bisa pastikan, tapi dari laporan teman-teman franchisor terlihat peningkatannya," terang Levita.

Sementara itu, Direktur Strategis PT Illuminate Research Asia, sebuah konsultan riset pemasaran, Haris Fajar Rahmanto tak memungkiri pendapatan ritel F&B memang menurun karena kehilangan customer yang dine-in.

"Jadinya andalan utama saat ini adalah penjualan melalui food delivery. Sementara di food delivery, mereka berhadapan tidak hanya dengan sesama waralaba besar saja, tetapi juga dengan UKM makanan dan minuman," tuturnya.

Di sisi lain, untuk mendorong penjualan, kebanyakan promosi dilakukan dengan memberi harga spesial atau diskon. Layanan pengantaran gratis juga dioptimalkan.

Belum lagi, banyak muncul waralaba dengan konsep baru yang justru masih bisa tumbuh di kala pandemi ini. Ia mencontohkan, misalnya, KFC Naughty by Nature, yang justru dapat sambutan yang besar dari konsumen karena muncul dengan konsep yang unik, yaitu healthy fast food.

"Contoh lainnya, adalah Nyapii Sei Sapi Asap dan Nasi Goreng Tiarbah, yang justru ekspansi outlet cukup banyak ketika pandemi," ucap Haris Fajar.

Menurutnya, waralaba baru tersebut dapat meraup untung di tengah pandemi dengan memanfaatkan budaya FOMO (fear of missing out) salah satunya perasaan cemas dan ketakutan masyarakat atas pandemi covid-19.

"Selama ada sesuatu yang baru dan unik yang ditawarkan ke konsumen, maka mereka akan berusaha untuk menjadi yang pertama untuk mencoba," jelas Haris.

Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta berpandangan perusahaan waralaba besar memiliki daya tahan yang jauh lebih besar ketimbang waralaba kecil dan menengah.

Mereka hingga saat ini masih bisa bertahan dengan kekuatan modalnya, meski penjualan anjlok drastis akibat pandemi. "Kalau dilihat yang besar Pizza Hut itu kan mereka survive walaupun yang di mal juga tutup," ujar Tutum.

Tutum menjelaskan banyak perusahaan berdarah-darah, namun tetap mempertimbangkan berbagai hal agar bisnis tetap bertahan. Ia sepakat sektor waralaba yang paling terdampak adalah adalah makanan dan minuman serta mode atau fashion.

Sementara itu, bioskop dan taman bermain anak adalah yang paling tertekan karena hingga saat ini belum bisa dibuka sepenuhnya walaupun PSBB telah dilonggarkan. Kendati demikian, prospek bisnis F&B hingga kini mulai ada peningkatan walaupun kapasitas untuk makan di tempat dibatasi.

[Gambas:Video CNN]

Hal ini tak lepas dari upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan bisnis waralaba seperti pemberian stimulus, meskipun belum banyak dioptimalkan oleh para pelaku bisnis waralaba sendiri karena rumitnya persyaratan.

"Praktiknya di lapangan tidak memberi manfaat yang sesuai keinginan kita untuk bertahan. Kami usul tapi yang diberi insentif itu beberapa sektor yang harus kita tempuh berbagai syarat lagi," paparnya.

(hrf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER