Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyatakan permintaan biodiesel anjlok 12 persen karena konsumsi bahan bakar menurun. Pelemahan konsumsi terjadi akibat pandemi covid-19.
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan menuturkan penurunan permintaan konsumen menyebabkan perbedaan harga biodiesel dan diesel semakin lebar. Saat ini, perbedaan harganya mencapai US$461 per ton hingga September 2020.
"Dampak dari pandemi covid-19 dapat dilihat dari pengurangan konsumsi biodiesel dari April hingga September 2020. Permintaan untuk biodiesel menurun hingga kurang lebih 12 persen," ucap Paulus dalam Indonesian Pal Oil Conference (IPOC) 2020, dikutip dari Antara, Rabu (2/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bilang total konsumsi biodiesel pada Januari sampai September 2020 sebanyak 6,3 juta kiloliter. Sementara, total produksinya sebanyak 6,4 juta kiloliter.
Lebih lanjut Paulus menjelaskan harga minyak mentah dunia juga berfluktuasi pada awal 2020 akibat pandemi covid-19. Meski begitu, Aprobi masih optimistis akan ada kenaikan konsumsi biodiesel.
Paulus memproyeksi konsumsi biodiesel tahun ini mencapai 9,6 juta kiloliter dan ekspor sebesar 1 juta kiloliter. Menurut dia, penyerapan biodiesel pada 2020 dapat mencapai 12,8 juta kiloliter karena ada pengujian B40.
Sementara itu, Paulus menyebut ada beberapa tantangan dalam pengembangan biodiesel di dalam negeri. Tantangan yang dimaksud, seperti kualitas biodiesel yang harus diperbarui sesuai standar untuk memenuhi permintaan teknologi transportasi.
Kendati demikian, Paulus meminta agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan tetap melanjutkan program B30. Selain itu, ia berharap pemerintah melakukan penyesuaian kembali terkait pungutan ekspor dan mengurangi rentang harga solar dan biodiesel.